From the desk of my boss


Tahun lalu merupakan tahun yang penuh berkah buat saya dan kami semua di direktorat operasi. Karena kami diberi kesempatan belajar banyak hal hanya dalam waktu singkat, satu tahun.  Tidak banyak orang yang punya kesempatan seperti kami, belajar banyak hal dalam satu tahun.  Banyak masalah yang kami hadapi selama tahun lalu, bertubi-tubi, mulai dari masalah teknis, non teknis, komunikasi, kehilangan momentum, dll.  Namun, untungnya, kami mengambil pelajaran berharga dari setiap kejadian tersebut, dan saya harap semua orang di perusahaan ini juga dapat mengambil pelajaran.  Semua kegagalan (setback) sejatinya adalah sebuah persiapan menuju kebangkitan kembali (comeback).

Dalam proses belajar tersebut, saya jadi banyak belajar dari pengalaman-pengalaman perusahaan lain, pengalaman-pengalaman para leader di dunia dalam menyikapi permasalahan yang ada.  Salah satu yang mengganggu pikiran saya adalah masalah values.  Apakah values kita saat ini yang dirumuskan pada delapan tahun yang lalu, masih sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini, apakah sesuai dengan corporate strategy kita saat ini.  Karena values memang bukan budaya, namun merupakan unsur pembentuk budaya yang sangat penting, dan budaya adalah sebuah corporate strategy. Memang akan terjadi konflik antara financial goals dengan corporate values, karena financial goals merupakan cerminan prestasi, sedangkan values bersumber dari moralitas dan etika.  Namun, sekarang saatnya untuk mengecek pada diri kita sebagai pemimpin, apakah values kita saat ini cocok dengan diri kita, apakah kita mampu menjadi role model.  Karena pemimpin harus menjadi role model, (Rhenald Khasali) bekerja dengan values, berbicara tentang values dan menerapkan values dalam kehidupan sehari-hari. Coba kita lihat values kita, integritas, apakah masih cocok dengan strategi kita, kalau banyak pimpinan kita yang sering lupa, bagaimana kita mau walk the talk, sementara kita lupa talk nya.  Mungkin bisa diubah menjadi enthusiasm, sebagaimana arahan Menteri kita pada saat BUMN Award bahwa pimpinan BUMN harus memiliki integrity & enthusiasm. Kita bisa pilih salah satu, kita pilih enthusiasm misalnya.  Kompetensi, apakah pasar kita saat ini mayoritas karena kompetensi kita atau karena kedekatan kita dengan klien? Bisa kita sesuaikan value kita menjadi customer focus. Begitu juga inovasi, apakah lebih dekat dengan creativity, kemudian care dengan prosperity.  Bukanlah hal yang tabu untuk kembali mereview values kita, asal kita yakin dengan values kita, kita sebagai pemimpin dapat menjadi role model untuk values kita tersebut.

Hal lain adalah pasar kita. Selama ini kita merasa nyaman dengan pasar yang kita sebut kondusif, walaupun belum tentu pasar tersebut kondusif karena kompetensi kita.  Kita harus memperluas pasar, tidak usah ragu masuk ke pasar yang baru, asal kita mau mempelajari kondisi di sana, aturan mainnya seperti apa, tidak menganggap sama dengan pasar yang lain, sehingga perlakuan kita sama.  Kita sering dibandingkan dengan 2 perusahaan internasional yang revenuenya sudah mencapai 20 – 30 kali revenue kita.  Bagaimana kita bisa mencapai kinerja seperti mereka kalau kita tidak membuka pasar, baik secara organik maupun anorganik.  Gaya hidup kita pun mengacu ke sana, namun kita diharapkan mempunyai  profit margin yang sama, sementara mereka dengan revenue sebesar itu, PUA korporat menjadi tidak signifikan, di bawah 1% dari revenue, sementara kita belasan %.  Pilihannya adalah mengorbankan gaya hidup kita, disesuaikan dengan revenue kita saat ini, yang menurut saya tidak mungkin, atau membuka pasar seluas-luasnya.  Dengan beban biaya kita seperti itu, minimal revenue kita harus bisa mencapai 12 kali revenue saat ini, yang mungkin kita semua tidak terbayangkan sebelumnya.  Namun, mari kita lihat beberapa perusahaan lokal sejenis kita, ada yang revenuenya sudah di atas kita secara grup, bahkan ada yang lebih 2 kali revenue kita, juga organik dan anorganik.  Saya pernah berbicara dengan salah satu kepala unit saya dan saya mendapatkan semangat di situ, dia bilang, kalau perusahaan itu ibaratnya 1 SBU kita, dengan 6 SBU, kita bisa mencapai 12 kali revenue kita saat ini.  Mari kita semua berpikir ke sana, bukan hal yang mustahil kalau memang kita serius dan fokus untuk mencapainya.

Terakhir kembali saya ingatkan bahwa kita di sini adalah para pimpinan.  Pimpinan seharusnya bukan karena jabatan kita, tapi karena sikap kita, values kita dan tindakan kita, kita bukan jabatan kita.  Kita harus bisa menginspirasi bawahan kita untuk dapat bekerja selaras dengan kita.  Apabila ada yang bertanya kepada saya, siapa yang harus dijadikan role model di perusahaan ini? Apakah direksi atau Kepala Unit atau GM? Saya tidak punya jawabannya, namun sekarang saya jadi ingat, orang dapat menginspirasi orang lain tanpa perlu jabatan, sebagai contoh, seorang pensiunan yang kita pekerjakan lagi, beliau sepintas bercerita pada saya betapa beliau berusaha membuat gerakan mukenah bersih, yaitu mencucikan mukenah yang ada di musholla-musholla di mal-mal.  Itu hanya obrolan singkat, namun membuat saya memberanikan diri untuk bertanya kepada penjaga musholla di mal apakah sudah ada yang mencucikan mukenahnya.  Itu menunjukkan betapa sang pensiunan telah menginspirasi saya, menggerakkan saya, mengencourage saya untuk ikut bergerak. Kalau saya, 1 orang, 2 orang lainnya bisa tergerak, akan jadi gerakan yang besar. Buat saya, beliau adalah leader, a true leader.  Beliau bukan kepala unit, tapi dia hanya pegawai kontrak di sini, namun beliau bisa menginspirasi orang lain. Ini yang penting bagi seorang leader, menjadi role model, menginspirasi orang lain.

Begitu banyak orang tanpa jabatan yang dapat menginspirasi orang lain. Marilah kita mulai belajar, bagaimana menjadi pemimpin yang dapat menginspirasi anak buah kita, apalagi dengan modal jabatan kita di sini, kita mempunyai kesempatan lebih banyak untuk menginspirasi anak buah untuk melakukan hal-hal yang baik. Dan kembali, menjadi pemimpin itu bukan karena jabatan, tapi karena sikap, values dan tindakan kita, jadi apabila teman-teman sekalian nantinya tidak menjabat lagi, tetap jagalah kepemimpinannya di manapun teman-teman berada. Our leadership is our legacy, wariskanlah hasil kepemimpinanmu sehingga menjadi pembicaraan yang baik oleh orang lain di masa depan.

Akhirnya, mari kita lakukan hal-hal yang lebih baik di tahun ini. Untuk unit-unit yang tahun lalu belum berhasil, mari kita belajar dari kegagalan tahun lalu dan tetap semangat menghadapi tahun ini.  Karena, Success is the ability to go from one failure to another with no loss of enthusiasm (Winston Churcill). Artinya kesuksesan itu adalah bagaimana kita menyikapi kegagalan demi kegagalan tanpa kehilangan antusiasme. Selamat bekerja.
Terima kasih.


Disampaikan di salah satu Rapat Pimpinan pada awal tahun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...