Air, Sumber Kehidupan

Air merupakan sumber kehidupan, karena air lah yang membasahi lahan yang kering tandus, menghidupkan tanaman-tanaman yang kering menjadi subur kembali, hijau kembali.  Untuk kita sendiri, air kita gunakan untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan lain-lain.  Kita pun takut sekali kekurangan cairan tubuh, takut dehidrasi.  Betul kan? 

Segitu pentingnya air bagi kita, sampai kita pun tidak bisa hidup tanpa air.  Setuju?

Nah, berdasarkan fakta itu, saya selalu mengutamakan sumbangan-sumbangan yang terkait dengan air.  Walaupun ada jaksa yang bilang sama saya, sumbang pembangunan jalan juga pahalanya mengalir terus selama jalan itu digunakan, apalagi kalo jalan itu malah membuka suatu daerah, yang tadinya terisolasi.  Betul sih, tapi saya tetap kekeuh preferensi ke yang terkait dengan air.

Tapi kadang berbuat baik pun banyak ujiannya.  Hhh. Saya pernah mau menyumbang pompa air, ditolak mentah-mentah hanya karna saya tidak mau pakai nama saya.  Katanya harus transparan, nanti ada yang ngaku-ngaku.  Lah, ga masalah kok buat saya kalo ada yang mau ngakuin, sok aja, kan malah bagus, sesuai dengan niat saya, mau nyumbang tapi ga mau ketauan dari saya.  Tapi dengan alasan transparansi, jadilah saya ditolak.  Saya sempet baper dan bilang, baiklah saya ga akan nyumbang ke situ lagi.  Lho kok saya jadi ngambek ya?

Anyway, ga usah bahas soal sumbang-menyumbang kan katanya ga mau ketahuan, haha.  Yang saya mau bahas adalah masalah kebutuhan air ini kadang-kadang membuat orang jadi egois....

Ga terbayang sama saya sebelumnya, lagi dikarantina 14 hari tiba-tiba air mati karna pompa rusak.  Kebayang ga semua orang berusaha untuk survive.  Segala cara dilakukan untuk mendapatkan air.  Wajar aja sih.  Yang bikin saya speechless adalah ketika hanya orang-orang tertentu yang diinformasikan bahwa pompa dimatikan semalaman.  Jadilah hanya segelintir orang itu yang punya cadangan air, sementara saya – yang berada di kelompok orang-orang yang ga penting – malah kebingungan ketika ga punya air karna tiada air mengalir.  Duh....

Teman di kamar lain pun – yang di kelompok ga penting juga kayak saya – WA dong bahas soal air ini.  Saya jawab dengan sok cool, santuy.... God will make a way, nyontek status temen saya, hihi.  Padahal saya lagi nahan sakit perut supaya ga usah ke toilet lah wong ga ada air, huhuhu....

Dulu saya selalu pede bahwa saya ga akan kekurangan air karna saya senang menyumbang kepada hal-hal yang terkait dengan pengadaan air.  Tapi kok kali ini saya diuji ya, walaupun masih diberi jalan oleh Tuhan, karna ga pernah-pernahnya saya beli air mineral botol besar dalam jumlah banyak, eh kali ini saya kok punya stok air mineral.  Artinya, walaupun diuji tapi secara tidak langsung saya juga sudah diberi intuisi untuk menyetok air.  Jadilah saya pakai air mineral itu untuk kegiatan perairan saya sepanjang malam.

Namun ketika pagi menjelang dan air belum juga menyala, saya pun menangis karna sebagai manusia kadang saya merasa, saya udah menyumbang kok ga diprioritasin?  Wajar kan?

Ya Allah, maafkan saya....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...