Dystopia

By Mirma Fadjarwati Malik

Dystopia (from Ancient Greek dis- "bad" and topia "place"; alternatively cacotopia or simply anti-utopia) is a community or society that is undesirable or frightening.

Utopia is an imagined community or society that possesses highly desirable or nearly perfect qualities for its citizens.

Ngobrol sama Adik memang mengasyikkan, walaupun kadang ngeselin juga ahahaha.  Banyak hal baru yang saya pelajari.  Biasanya Adik menyebut sesuatu dan ketika saya menanyakannya Adik malah bilang, coba googling dulu, baru kita diskusi.  Cie, sok cool banget ya....

Nah, kali ini Adik bilang, 2020 ini dystopia ya bu.  Saya pun googling. Oh ternyata itu artinya.  Adik pun kemudian bilang, dystopia itu kan unwanted bu, nah pandemi ini kan ga diinginkan bahkan menakutkan.  Bener juga Dik.  Dan mulailah kami berdiskusi.  Kakak pun nimbrung. Kata Kakak, tapi kan dystopia atau utopia hanya fiksi, ga nyata.  Saya bilang, mungkin awalnya fiksi, tapi memang kondisi saat ini bisa memenuhi kriteria dystopia ini, kondisi sekarang kan bisa dibilang mengerikan.  Siapa sih yang ingin pandemi ini berkelanjutan?  

Kemudian Adik pun bertanya, kira-kira kalo utopia ada ga bu?  Saya pun bilang, mungkin saja ada.  Karna kondisi dystopia ini kan pasti ada ujungnya, ada akhirnya.  Ibaratnya sebuah grafik, apabila sudah menukik tajam dan sampai di titik terendah, grafiknya akan rebound, mulai naik lagi.  Nah mungkin naiknya bisa sampai puncak dan kemudian menurun lagi. Walaupun kita memang tidak pernah tau apakah ini titik terendah atau titik puncak.  Kita baru tau setelah grafiknya berubah arah.

Jadi, apakah utopia itu bisa terjadi? Saya pun bilang, mungkin setelah dystopia, walaupun kondisi membaiknya kembali ke kondisi sebelum pandemi ini, orang akan menganggapnya sebagai utopia.  Kenapa?  Karna orang-orang jadi lebih bersyukur dengan apa yang ada, sehingga yang dulu – sebelum pandemi – dianggap biasa-biasa aja, setelah pandemi akan dianggap luar biasa, dianggap utopia, dianggap highly desirable or nearly perfect qualities. Bener kan?

Kesimpulannya, dystopia atau utopia ini kadang-kadang hanya sekedar cara pandang kita, bagaimana mindset kita.  Selama kita bersyukur, semuanya akan kita pandang sebagai sesuatu yang baik, yang menyenangkan, yaitu sebagai sesuatu yang highly desirable or nearly perfect qualities.  Setuju?

Be grateful and enjoy life.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...