Queuing


Queue: a line of people who are waiting for something

Saya suka heran, kenapa sih orang tidak mau antri? 

Barusan saya sempat mangkel, ketika sedang mengantri di toilet suatu mall, tiba-tiba begitu pintu toilet ada yang terbuka, orang yang baru datang langsung melenggang masuk.  Rasanya ingin menegurnya, namun saya pikir, males ah, ga level.

Beberapa kali saya memang sering menegur, mengingatkan orang untuk mengantri.  Karena saya pikir, orang harus belajar.  Mungkin orang yang menyerobot itu tidak tahu bahwa harus antri, atau malah tidak tahu dimana ujung antriannya, jadi lebih baik saya beri tahu.

Saya sendiri memang pernah mengalaminya, karena tidak tahu dimana ujung antriannya, dimana saya harus mengantri, saya harus menahan malu karena ditegur oleh orang yang dalam antrian.  Untungnya, ternyata dia teman lama saya.  Akhirnya kami malah sempat mengobrol.  Namun sayangnya, tetap saja dia tidak mengajak saya bergabung ditempatnya, sehingga antirian malah jadi semakin panjang dan saya harus mengantri semakin lama, karena sempat keasyikan mengobrol.

Salah satu modus menyerobot antrian memang begitu, pura-pura ngobrol dengan teman yang sudah mengantri, kemudian akhirnya ikut berdiri di situ, biasanya jadi di depan antrian.  Hahaha, kadang-kadang malu juga melakukannya sih…..

Pada saat saya  masih menjabat, saya pun jarang mengantri, karena sudah ada protokoler yang mengatur, contohnya ketika di pintu imigrasi bandara, saya terbiasa lewat jalur khusus yang hampir tidak ada antrian.  Begitu pula dengan anak-anak apabila bepergian bersama saya.  Namun, begitu tidak menjabat, saya pun dengan sabar mengantri dan memberikan pengertian kepada anak-anak kenapa sekarang mereka harus mengantri.  Untunglah, anak-anak cukup paham dan mengantri dengan tertib.

Memang sulit mengharapkan semua orang mau tertib mengantri.  Karena kadang memang orang punya alasan tertentu untuk tidak mengantri, misalnya sedang terburu-buru.  Saya pernah mengalami diberi jalan lebih dahulu oleh seorang ibu ketika mengantri di kasir supermarket.  Alasan si ibu, barang belanjaan saya cuma 1, sementara dia banyak sekali.  Saya sempat kaget, karena memang saya sudah tertib mengantri dan tidak ada usaha untuk menyerobot.  Saya sangat terkesan dengan ibu itu. Akibat kejadian itu, saya sering memberikan jalan orang yang belanjaannya cuma 1, sementara saya banyak.

Namun kejadian seperti itu mungkin hanya sesekali, bisa dihitung dengan jari.  Sisanya, lebih banyak hati mangkel karena diserobot orang.  Kita sudah capek antri, eh ada yang melenggang saja langsung di depan kita.  Kejadiannya bukan hanya di tempat yang kebanyakan orang biasa, bahkan di sebuah mall mewah pun sering kejadian.  Merasa lebih pantas dilayani, merasa lebih berhak.  Sebenarnya hal itu sungguh memalukan, dengan pakaian yang bagus, barang-barang bagus, tetap saja menyerobot.

Saya juga  pernah diberi tahu bahwa di daerah tertentu, tidak ada orang yang mengantri, jadi memang budaya setempat seperti itu.  Benar saja, saya sedang mengantri di ATM, ada orang dengan santainya langsung masuk.  Ketika saya tegur, dengan cueknya bilang maaf, tapi tetap saja menggunakan ATM.  Hmph…

Ya sudahlah, kalau hati lagi tenang, saya malah bisa memberi tahu orang yang menyerobot, bahwa antriannya dimana.  Namun sebaliknya, kalau saya lagi tidak happy, mending pura-pura tidak melihat orang yang menyerobot, karena yang ada, saya bisa jadi marah dan jutek, yang bisa membuat bad mood.  Antri doooong…… 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...