Quick Response


Teman saya yang satu ini selalu cepat dalam menanggapi sesuatu, mulai dari urusan penawaran kredit, sampai urusan pekerjaan di kantor, juga hal-hal kecil lainnya.  Sehingga sang teman sering menjadi andalan di manapun dia berada.

Pagi ini kami juga mengalami keuntungan atas quick response nya.  Kami serombongan sedang menginap di hotel dan ternyata kamar mandi di kamar-kamar yang kami tempati tiba-tiba banjir.  Sungguh menjijikkan.  Sang teman langsung menelpon bagian house keeping untuk minta penanganan.  Begitu hampir 1 jam tidak ada yang datang, dia menelepon kembali.  Karena sampai 30 menit tidak ada yang datang, dia pun turun ke front office dan minta kami semua dipindahkan kamarnya.  Walaupun kami dibujuk bahwa akan diperbaiki, sang teman ngotot pindah kamar.  Walhasil, kami semua mendapatkan kamar yang baru.  Kami melihat beberapa kamar yang lain masih sibuk komplen dan sedang dikeringkan kamar mandinya, sementara kami pindah ke lantai lain, kamar yang baru.  Teman itu bilang, kita harus gerak cepat, karena takutnya perbaikan hanya bersifat sementara, nanti kalau kamar mandi kita banjir lagi, kita repot.  Pemilik kamar lainnya melihat kepindahan kami kemudian berpikiran sama dan mencoba minta pindah kamar.  Benar saja, kamar-kamar lain tidak ada yang kosong.  Betapa beruntungnya kami, punya teman yang sangat cepat bertindak.

Kejadian lainnya, dan ini yang paling sering, adalah ketika dia mendapatkan penawaran kredit.  Pernah suatu kali, teman itu sedang curcol pada saya tentang permasalahan yang sedang dihadapinya.  Di tengah tangisannya, handphonenya berbunyi dan dengan sigap dia minta izin untuk mengangkatnya.  Dia terdengar menawar, apa tidak bisa 0%?  Ya ampun, rupanya dia sedang mendapatkan tawaran pinjaman.  Saya tidak mengerti bagaimana hitungannya, dia bilang, saya ambil yang 24 bulan.  Selesai berbicara di telpon, dia pun meneruskan tangisan atas curcolnya.  Ckckck.

Untuk urusan kredit, dia memang sangat cepat berhitungnya.   Saya pernah sedang diskusi pekerjaan, tiba-tiba dia minta izin menerima telepon dan selalu terdengar tawar-menawar sebelum akhirnya dia memutuskan, ya atau tidak.  Yang saya lihat, dia selalu cepat mengambil keputusan.

Untuk urusan pekerjaan kantor, dia sampai dijuluki teman-temannya, 30% data dapat membuatnya mengambil keputusan.  Dengan cengengesan dia bilang, terlalu lama untuk menunggu data sampai 70%, kalau memang keputusannya salah, diambil pelajaran saja.  Dan ketika sekarang dia dirundung masalah yang sangat pelik, salah seorang teman kami bilang, itulah kebiasaan kamu, baru sekian persen, dibilang sudah 100%.  Dia pun bilang, bukan itu masalahnya, namun dia mengakui, mungkin dia terlalu cepat mengambil keputusan.

At the end of the day, saya sendiri melihat, banyak segi positifnya berteman dengan dia, karena dia sangat cepat melihat peluang dan kemudian memutuskan go or no go nya.  Namun tentunya, dalam beberapa hal, saya berharap dia lebih menganalisa pilihan-pilihan yang ada sebelum memutuskannya, karena memang ada hal-hal yang menurut saya harusnya tidak dia lakukan yang berdampak selama hidupnya.  Saya hanya bisa mendoakannya….

Between stimulus and response there is a space. In that space is our power to choose our response. In our response lies our growth and our freedom. - Viktor E. Frankl

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...