Overload
Pasti kita semua pernah naik lift yang sangat penuh dan
kemudian karena kepenuhan, keluarlah tulisan merah disertai bunyi alarm:
Overload. Nah, seperti itulah perasaan
saya saat ini.
Setelah seharian saya gagal fokus, saya mulai menginventarisir
tugas-tugas yang saya ingin kerjakan.
Begitu banyak hal yang harus saya kerjakan, sementara si kecil sedang
sakit. Ditambah pula, informasi dari
pak sopir bahwa dia lupa perpanjangan STNK, sehingga dia khawatir kalau kami
ditangkap polisi. Duh, terpaksa saya
mencari tebengan, sambil sang sopir mengurus perpanjangan.
Kebayang ga sih, sedang menuju rapat yang satu, menerima
pesan harus ke klien yang lain, menerima telpon dari klien yang lain, bilang
bahwa saya diminta datang segera. Belum
di rumah juga ada hal-hal kecil yang annoying.
Rasanya, mau marah, kepala mau pecah, dada sesak, namun tidak bisa
berkata-kata, speechless. Terbayang
tulisan Overload berkedap-kedip di otak saya.
Hahaha….
Ibu pun sampai mengirimkan pesan, menanyakan keadaan saya,
apakah saya baik-baik saja. Karena saya
memang tidak intens berkomunikasi dengan ibu.
Yah, maafkan saya bu, saya memang sedang overload. Saya pun menenangkan hati ibu, saya bilang,
saya baik-baik saja, saya cuma sedang
sangat sibuk, sibuk yang produktif, walaupun belum menghasilkan. Hehehe….
Akhirnya, saya coba selesaikan satu per satu. Untungnya, ada teman yang mau berbagi
tugas. Itu pun tetap membuat saya tidak
enak hati, karena saya tidak bisa menemani boss.
Sampai di rumah pun, saya terpaksa mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan kantor yang tersisa.
Karena benar-benar sudah tidak ada waktu lagi. Untungnya, anak-anak saya sudah terbiasa
melihat ibunya bekerja di rumah sampai malam.
Sisi baiknya, anak-anak jadi rajin juga mengerjakan pekerjaan rumahnya,
karena kami jadi terbiasa mengerjakan pekerjaan masing-masing bersama-sama.
Benar saja, walaupun saya kurang tidur, namun saya
merasakan, esok harinya semua lebih enteng.
Semua pekerjaan bisa saya jalani dengan baik. Para boss juga bisa memaklumi ketidak hadiran
saya, namun saya tetap dapat berkomunikasi dengan baik, tetap dapat mengirimkan
beberapa paperworks melalui email. Bahkan, saya sempat mengurus kasus saya, mengurus
asuransi saya, serta makan siang dengan para sahabat. Saya juga sempat berdiskusi
dengan beberapa orang, di sela-sela waktu antara rapat satu ke rapat lainnya. Untungnya beberapa orang tersebut tidak
keberatan menyambangi saya di tempat rapat, jadi saya dapat mengatur waktu saya
dengan sangat efisien. Pokoknya, hari-hari berikutnya saya lebih well
managed.
Syukurlah, masa-masa overload itu bisa saya lewati dengan
baik, juga tanpa rasa sedih yang berlebihan karena dulu terbiasa diladeni,
sementara sekarang semuanya harus saya lakukan sendiri. Baiklah, from now on, I’ll be on my own, saya
akan atur semua pekerjaan saya dengan baik, sehingga saya tidak overload
lagi. Saya janji para boss, saya akan
lebih baik dalam mengatur waktu, sehingga bisa mendampingi kalian kemanapun.
There are moments when
mental overload can render words impossible – Nicholas Sparks
Komentar
Posting Komentar