Kita adalah Teman Kita


Kita adalah teman kita, semua sikap dan perilaku teman kita mencerminkan sikap dan perilaku kita, begitu saya bilang berapi-api.  Bapak di hadapan saya manggut-manggut, kemudian dia pun bilang: Temen kamu songong tuh. Wkwkwk, saya pun ketawa ngakak.  Maksud bapak, saya songong juga dong?  Bapak itu tersenyum dan bilang, eh dia bukan temen kamu ya?  Kamu kan baru kenal beberapa bulan ya.  Syukurlah, artinya sang bapak tahu saya tidak songong. Hehehe....

Yah, begitulah, dengan siapa kita berteman dapat menunjukkan siapa diri kita.  Karena kita pasti akan cocok bergaul dengan orang-orang yang memang mempunyai persamaan dengan kita, entah itu persamaan hobby, persamaan sikap, persamaan pendidikan, dan lain-lain.  Ya, birds of a feather flock together, begitu pepatah yang selalu saya dengar.

You are who your friends are, so choose carefully.  Coba kita pikirkan, apakah teman-teman kita, katanya sih, pilih 5 orang yang terdekat, memang memberikan pengaruh positif pada diri kita, memberikan manfaat bagi kita.  Apabila tidak, sebaiknya kita mulai menjauh.  Saya pernah membaca sebuah artikel tentang hal ini, seorang psikolog melakukan kunjungan ke panti rehabilitasi dan setelah melakukan wawancara dengan para penghuni panti, dia pun menyimpulkan bahwa hampir semua penghuni panti itu jadi pencandu narkoba karena pengaruh teman-teman ngumpulnya, teman-teman hang out nya.  Jadi, benar kan, hati-hatilah kita dalam memilih teman, supaya tidak ikut terjerumus.

Nah, beberapa hari yang lalu, saya didatangi seorang teman, sambil menangis dia bercerita, bahwa dia sebal sekali dengan temannya yang baru dikenal namun setiap saat bersamanya, sehingga dia sempat berpikir temannya ini akan jadi sahabat barunya.  Dia bilang, semua sahabat lamanya selalu ada saja cela di mata teman barunya ini.  Di sisi lain, salah seorang teman akrabnya bilang bahwa dirinya berubah, tidak seperti dirinya dulu, malah seperti teman barunya, kayak ketularan aja.  Seorang teman lamanya yang lain pun ketika diajak bertemu, wanti-wanti bilang, jangan bawa teman barumu itu ya, saya males.  Seorang sahabat lamanya pun bilang, artinya itu sign dari orang sekitarmu, jangan sampai orang sekitarmu akhirnya berpikir, dikasih apa sih kamu sampai segitunya.  Dengan kejadian-kejadian itu, lama-lama dia sedih, kok jadi jauh dengan para sahabat lamanya, sehingga dia sadar, ada yang tidak beres dengan teman barunya ini. 

Saya pun akhirnya kembali mengutip kata-kata mutiara saya tadi:  kita adalah teman kita.  Saya bilang pada teman saya, bilang saja begini: kalau semua sahabat saya ga bener, tercela, maka begitu pula diri saya, saya ga bener dan tercela, jadi ga ada gunanya kamu tetap berteman dengan saya.  Teman saya pun menghapus air matanya dan bisa tersenyum lagi. 

Saya pun kepo dan akhirnya barusan saya tanyakan, bagaimana kondisi dia sekarang.  Dia pun bercerita, dia telah menyampaikan petuah saya dan teman barunya seperti menghilang dari hidupnya.  Dia pun bilang, yah, mungkin dia memang kehilangan teman barunya, tapi mulai saat ini, dia kembali mengontak sahabat-sahabat lamanya.  Dan seperti yang dia duga, sahabat-sahabat lamanya membuka tangannya lebar-lebar dan big hug…. Semua menerimanya kembali, seperti menerima kembali si anak hilang…..  Nah kan, sekarang terlihat, siapa true friends nya.

Look at your 5 closest friends.  Those 5 friends are who you are.  If you don’t like who you are, then you know what you have to do….. – Will Smith

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...