Mediocre


Mediocre: of only moderate quality, not very good.

Ketika mantan dosen saya memperkenalkan saya sebagai mantan mahasiswanya, kepada para pengurus suatu organisasi, salah seorang bertanya, artinya mbak ini either paling pintar atau paling bodoh, ga mungkin mediocre, sampai bapak bisa mengingatnya sampai sekarang.  Saya langsung menjawab, justru saya mediocre, makanya heran kenapa pak dosen masih ingat sama saya setelah bertahun-tahun.   Jawaban mantan dosen saya sangat diplomatis: karena dia duduk paling depan.  Haha, dengan kata lain, pak dosen membenarkan bahwa saya mediocre, cuma kebetulan duduk paling depan.

Ya, saya selalu merasa saya mediocre, tidak menonjol, dari sisi manapun! Dibandingkan dengan kakak-kakak saya, saya jauh di bawah mereka baik dari sisi pendidikan maupun dari penampilan, hehe.  Dibandingkan dengan teman-teman saya, mulai dari sekolah dasar, menengah, kuliah, saya juga ga ada apa-apanya. Tapi untungnya, saya tidak minder, hehehe.  Namun ternyata, banyak orang yang terus mengingat saya, ga tau kenapa.

Dengan ke-mediocre-an saya, yang saya tidak habis pikir, saya sempat terpilih jadi ketua OSIS di sekolah menengah, yang pada saat saya bersekolah di sana, merupakan sekolah favorit, the best school in town.  Aneh sekali!  Kalau saya mengingat kembali masa itu, saya sungguh ingin tertawa, betapa  saya, yang tidak menonjol, tahu-tahu dicalonkan, malah jadi kuda hitam, malah kemudian terpilih.  Kakak-kakak saya yang satu sekolah pun bingung, karena tidak menyangka.  Lawan saya cukup tangguh, seorang anak laki-laki yang populer, pandai dan kakak-kakaknya sudah turun temurun jadi ketua OSIS di sekolah ini.   Karena kalah suara, sang murid populer itu hanya jadi wakil ketua.  Tiba saatnya saya harus memberikan pidato, dia menawarkan diri untuk menggantikan saya, takut saya grogi atau bingung mau bicara apa.  Tentu saja saya menolak dan saya pun ber pidato layaknya pemimpin dunia, lengkap dengan visi misi dan rencana-rencana kerja saya ke depan.  Hahaha, semua orang terpana.  Jujur, saya pun kaget, kok bisa ya?

Di masa-masa selanjutnya, saya tetap jadi mediocre, sepertinya itulah satu-satunya penyimpangan dalam hidup saya dimana saya jadi menonjol.  Haha….

Namun ternyata, di dunia kerja saya, di tempat terakhir saya bekerja, saya juga pernah terbawa ombak sampai muncul di permukaan.  Sayangnya, setelah itu saya malah terhempas tsunami dan tenggelam selama bertahun-tahun.  Mungkin memang saya harusnya mediocre, tidak boleh menonjol, karena ternyata lebih aman jadi mediocre, tidak muncul di permukaan, karena begitu muncul di permukaan, saya malah terhempas tsunami.  Mungkin kalau memang dasarnya mediocre, ya sudah, mediocre saja.  Haha….

At the end of the day, pelajaran yang saya dapatkan adalah, ketika muncul di permukaan, harusnya saya lebih meningkatkan kualitas, jangan terus menganggap diri mediocre, sehingga tidak tenggelam lagi.  Mudah-mudahan saya diberi kesempatan lagi untuk tidak jadi mediocre.  Amin…


People of mediocre ability sometimes achieve outstanding success because they don’t know when to quit.  Most men succeed because they are determined to  – George Allen, Sr.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...