Pilihan yang Salah
Dalam hidup, kita sering dihadapkan kepada pilihan, dan situasinya memang membuat kita harus menentukan pilihan. Kita tidak pernah tahu saat diharuskan memilih, apakah pilihan kita benar atau salah. Biasanya, kita baru tahu setelah kita menjatuhkan pilihan dan menjalakannya.
Beberapa kali, saya merasa ternyata pilihan saya salah….
Ketika masih pacaran dengan seorang anak pejabat, saya
mengetahui bahwa sang bapak punya banyak akses ke perusahaan rekaman. Saya yang sangat gemar menyanyi ingin sekali
jadi penyanyi. Saya pun bertanya pada
sang pacar, apa memungkinkan saya dikenalkan ke pengusaha rekaman, sehingga
bisa diorbitkan jadi penyanyi? Jawaban
pacar saya sungguh membingungkan, dia bilang bisa saja, namun saya diminta
untuk memilih, apakah ingin jadi penyanyi atau mau jadi istrinya. Huff, pilihan yang sulit. Saya pun memilih jadi istrinya, melupakan
cita-cita saya jadi penyanyi. So sweet….
Ketika akhirnya kami menikah, ternyata perkawinan kami tidak langgeng dan kami pun bercerai. Setelah bercerai, sayapun jadi ingat pilihan antara jadi penyanyi dan jadi istrinya. Wah, saya pikir, artinya saya sudah memilih pilihan yang salah, kalau tidak, saya sekarang sudah jadi penyanyi terkenal. Hahaha….
Saya juga pernah dihadapkan pada pilihan sulit, ketika harus
pasang badan untuk orang tua saya.
Namun, yang ini tidak pernah saya sesali, karena saya sudah menganalisa
semua risikonya.
Kali lainnya, saya selalu merasa salah memilih, ketika memilih berhenti jadi pegawai dan masuk ke jajaran pimpinan. Walaupun kasusnya tidak seperti pilihan jadi penyanyi di atas, namun sebenarnya saya bisa saja memilih untuk tidak lulus pada saat ujiannya, sehingga saya tidak perlu berhenti jadi pegawai. Setelah saya jadi pimpinan, saya malahan dipecat pemegang saham dan terjebak pada masalah yang sangat pelik.
Kali lainnya, saya selalu merasa salah memilih, ketika memilih berhenti jadi pegawai dan masuk ke jajaran pimpinan. Walaupun kasusnya tidak seperti pilihan jadi penyanyi di atas, namun sebenarnya saya bisa saja memilih untuk tidak lulus pada saat ujiannya, sehingga saya tidak perlu berhenti jadi pegawai. Setelah saya jadi pimpinan, saya malahan dipecat pemegang saham dan terjebak pada masalah yang sangat pelik.
Sebenarnya, tidak ada pilihan yang salah, karena saya sangat percaya hidup sudah di atur, jadi apa pun yang kita pilih, telah diatur. Apa pun yang kita pilih, tidak perlu disesali. Yang penting, kita mengambil pelajaran dari apa pun yang telah kita pilih. Apa pun pilihan kita, merupakan pembelajaran kita, apakah itu pilihan yang benar, apalagi pilihan yang salah. Kenapa saya bilang pilihan yang benar pun merupakan pelajaran? Karena untuk menjalankan pilihan yang benar pun ada ujiannya, ada kendalanya. Tapi sekali lagi, saya percaya, bahwa kita menetapkan pilihan yang salah pun sudah ada yang mengatur, yang menggerakkan. Karena tanpa ada yang menggerakkan, kita bisa
saja tidak jadi memilih yang salah itu, kita bisa saja
dicegah.
Jadi, memang jalan hidup saya harus mengalami perceraian,
mengalami masalah pemecatan, dan jalan berliku dan berkerikil lainnya. So, hadapi saja, jalani saja, karena hal itu
yang membuat saya belajar, yang membuat saya kuat……
I like to think that
even if we make some really bad choices and go down some bad paths, we’ll eventually
emerge from it – Tom O’Reilly
Komentar
Posting Komentar