Putus
Dalam hidup, mungkin di antara kita pernah mengalami putus
di tengah jalan.
Seperti saya, pendidikan musik saya putus di tengah jalan. Saya hanya mampu mencapai kelas 5 sekolah musik, padahal kakak-kakak saya sampai lulus kelas 6, bahkan yang tertua sampai program lanjutan. Padahal saya tinggal selangkah lagi lulus dari sekolah musik. Sekarang saya baru berpikir, mungkin betapa kecewanya orang tua saya pada saat itu.
Seperti saya, pendidikan musik saya putus di tengah jalan. Saya hanya mampu mencapai kelas 5 sekolah musik, padahal kakak-kakak saya sampai lulus kelas 6, bahkan yang tertua sampai program lanjutan. Padahal saya tinggal selangkah lagi lulus dari sekolah musik. Sekarang saya baru berpikir, mungkin betapa kecewanya orang tua saya pada saat itu.
Ternyata hal ini menurun kepada anak-anak saya. Anak saya yang tertua putus kursus Kumon nya. Tadinya target kami, dia harus menjadi
completer di Kumon. Apalagi, setiap
tahun anak saya mendapat penghargaan. Namun apa daya, ternyata anak saya tidak
sanggup. Dia memutuskan berhenti di level terakhir. Ternyata, saya tidak terlalu kecewa, justru
saya merasa lega, karena saya tidak tega melihat anak saya stress karena harus
membagi waktu untuk sekolahnya. As long
as you happy, ibu ingin kamu ga stress nak….
Anak tertua juga memutuskan berhenti les musik. Ya sudahlah, mungkin buah jatuhnya tidak jauh
dari pohon. Hehe….
Sedangkan anak yang kecil, memang sering putus sambung. Suatu hari dia mogok untuk ikut ujian musik,
namun setahun kemudian dia bersedia mengulang dan akhirnya berhasil
menyelesaikan les musiknya. Well done
son!
Namun, untuk urusan les Kumon, dia memang putus
sambung. Wajar saja, karena dia memang
hanya ikut-ikutan kakaknya.
Untungnya, saya belum pernah putus sekolah. Dari SD, SMP, SMA, bahkan universitas dapat
saya tuntaskan. Walaupun jujur saja,
pada saat di universitas, saya sempat berpikiran untuk putus sekolah. Waktu itu, rasanya pelajarannya sangat sulit
sampai saya merasa tidak mampu.
Untungnya, dengan strateginya yang jitu, Ayah berhasil memotivasi saya
untuk menuntaskan sekolah saya. Ketika
di Amerika, justru Ayah yang meminta saya untuk putus sekolah. Namun lagi-lagi, saya baru menyadari
sekarang, bahwa itu salah satu taktik Ayah untuk memotivasi saya untuk
menyelesaikan sekolah.
Nah, sulitnya, saat ini ada contoh putus sekolah yang sangat
nge trend di negeri ini. Saya sangat
kaget ketika si kecil berkata: aku mau sekolah sampai SMP saja, toh ada Menteri
yang sekolahnya hanya SMP. Nah lo!
What should I do?
Saya hanya berharap, si kecil tidak benar-benar melakukan
apa yang dia bilang. Ya nak, ibu
berharap kamu tidak putus sekolah, kamu bisa menuntaskan pendidikanmu, sehingga
kamu dapat mandiri. Itu saja nak yang
membuat ibu bahagia….
Komentar
Posting Komentar