My Turn


Dalam hidup, kadang-kadang kita mendapatkan perlakuan yang sama dengan yang kita lakukan terhadap orang lain sebelumnya.  Biasanya seperti giliran saja, saya melakukan ini, kemudian di lain waktu saya diperlakukan seperti itu.

Anak sulung saya sering sekali di bully teman-temannya, jadi saya terpaksa sering melaporkan teman-temannya ke orang tuanya masing-masing, supaya teman-teman yang membully jangan melakukannya lagi.  Begitu ada anak kedua, saya sudah membatin dalam hati, si bungsu ini kayaknya yang malah akan membully.  Benar saja, begitu dia masuk sekolah, saya malahan yang harus sering minta maaf kepada orang tua dari teman-teman si bungsu yang dia bully.  Benar-benar giliran saya! Haha….

Dulu si sulung sering diperlakukan kurang ajar oleh salah seorang temannya yang kebetulan berkebutuhan khusus.  Saya sempat marah, sebelum mengetahui bahwa temannya berkebutuhan khusus.  Saya pun jatuh iba melihat kedua orang tua temannya yang begitu mati-matian mengusahakan pendidikan buat anaknya yang berkebutuhan khusus.  Saya berpikir, benar-benar perjuangan berat.  Ketika si bungsu di vonis sebagai anak berkebutuhan khusus, saya pun mati-matian mengusahakan pendidikan buat si bungsu dan saya jadi merasa mendapat giliran.

Saya sering merasa, dulu jadi penonton, sekarang jadi pemain.  Hal itu yang saya alami ketika harus menangani kasus anak buah saya.  Namun, saya tidak murni hanya menonton, tapi saya berusaha mendukung dalam batas kemampuan saya.  Sekarang, saya lah pemainnya, karena saya yang sedang menghadapi kasus yang cukup berat.  Yang membuat saya terharu, sekarang malah anak buah saya yang mati-matian berusaha menolong saya.  Benar-benar, it’s my turn…..

Beberapa hari belakangan ini, saya mengalami kejadian-kejadian yang menyakitkan hati, yang membuat saya sedih.  Mulai ditolak oleh teman, sampai dimarahi di dalam rapat - di hadapan banyak orang bahkan ditertawai.  Nah, hal ini membuat saya berpikir, apa dulu saya pernah melakukan hal ini, sehingga sekarang giliran saya diperlakukan seperti ini?  Ataukah justru ini adalah giliran orang lain dan nantinya saya malah dapat giliran? Malah dapat kesempatan melakukan hal yang sama?  Ah, tidak enak kalau harus melakukan hal-hal yang akan menyakiti hati orang lain….

Sudahlah, saya mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian itu, mungkin ada ganjaran, ada kebaikan atau manfaat yang akan saya peroleh setelah ini.  Mudah-mudahan, amin…..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...