Social Climber


Social Climber: someone who tries to gain a higher social position or status (such as by becoming friendly with wealthy people); one who attempts to gain a higher social position or acceptance in fashionable society.

Cuitan keponakan saya tentang social climber menyentak saya.  Saya RT dan menanyakan, apakah saya yang dia maksud?  Dia bilang bukan, ada temannya.  Saya memang khawatir ponakan saya menuduh saya social climber, karena memang kebetulan keluarga mereka kelas sosialnya cukup tinggi.  Ditambah, di keluarga besar, ada seorang ipar yang memang amat sangat social climber, dia selalu memakai baju yang lagi trend, walaupun tidak cocok; dia juga bersaing minta dibelikan suaminya mobil dan barang-barang mewah agar bisa masuk ke keluarga besar, dimana kakak-kakak suaminya kebetulan lebih berpunya.  Sudah banyak sindiran dari ipar-ipar perempuan, bahkan ipar laki-laki soal penampilan dan gayanya, namun sang adik ipar cuek saja.

Saya sering menemui seorang social climber di lingkungan saya, di setiap lingkungan yang saya masuki sepanjang hidup saya.  Di lingkungan sekolah, yang saya ingat ketika bersekolah di Amerika, ada seorang teman perempuan yang social climber, adik perempuannya pun kemudian ikut-ikutan.  Mereka benar-benar berusaha menyaingi satu kelompok anak Indonesia yang memang kelompok orang kaya.  Bahkan, kedua kakak beradik ini terobsesi untuk menjadi istri dari bule.  Akhirnya obsesi mereka tercapai, keduanya menikah dengan orang asing.  Untunglah, kemudian sang kakak jadi penulis terkenal, sehingga memang bisa masuk ke kelas sosial yang tinggi.

Di lingkungan kantor, saya sempat berteman dengan orang yang selalu berusaha membeli barang bermerek demi mendapat pengakuan.  Yang kami suka heran, dia selalu naik angkutan umum, sehingga kami yang khawatir, takut tas nya dicopet. Di lingkungan kantor, para social climber ini bisa laki-laki atau perempuan, walaupun biasanya yang kelihatan jelas adalah kaum perempuan.

Tapi yang paling parah adalah seorang teman dari sekolah menengah sampai saat ini yang terus menerus menjadi social climber.  Hal ini baru kami simpulkan hari ini, betapa dia dari kecil sudah menjadi seorang social climber.  Waktu di sekolah ada anak pejabat tinggi negara, dia bilang ke temannya bahwa betapa inginnya dia jadi seperti si anak pejabat.  Kami dulu juga tidak boleh mengunjungi rumahnya dan ketika akhirnya kami berkesempatan mengunjungi rumahnya berpuluh tahun kemudian dalam rangka melayat bapaknya, dia sibuk menjelaskan bahwa dia sudah membelikan rumah baru untuk bapaknya dan menunjukkan fotonya beserta harganya.  Sungguh membuat kami bingung, bagaimana menasehatinya bahwa kami tidak peduli dengan kondisi rumah orang tuanya saat itu, bahkan kami tidak sempat memperhatikannya.  Dan yang paling sering membuat kami ilfil dan sangat ingin menasehatinya apabila dia selalu berfoto dengan orang-orang high class ataupun bercerita betapa dekatnya dia dengan para pejabat.  Please, we love you just the way you are….

Memang banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya menjadi social climber.  Padahal tanpa perlu memaksakan diri, kita bisa diterima di lingkungan mana pun dengan pembawaan diri apa adanya, yang penting kita menjaga sopan santun kita.  Jalani hidup sesuai kemampuan kita.  Just be yourself….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...