Single Fighter

Keadaan saya saat ini memaksa saya untuk mandiri.  Saya membuat janji pertemuan sendiri, mengirimkan SMS sendiri, menelepon sekretaris pejabat sendiri. Saya juga sekarang terbiasa melapor ke resepsionis dan mendaftar di buku tamu serta menukarkan identitas dengan kartu tamu.  Hal-hal itu yang dulu tidak pernah saya lakukan.  Semua sudah diatur anak buah, punya dayang-dayang, punya ajudan, protokoler, dll. Kehidupan saya sungguh berubah 180 derajat.

Seorang teman, yang dulu sekantor dengan saya, sampai merasa iba.  Dia menawarkan untuk menemani saya apabila harus menghadap pejabat-pejabat.  Saya bilang, tidak usah, saya harus bisa sendiri, saya sedang belajar jadi 'nobody', karena lebih sulit menjadi 'nobody' dibandingkan menjadi 'somebody'.

Ya, sekarang walaupun saya punya jabatan yang sama, namun budaya di perusahaan saya yang baru sangat berbeda.  Di perusahaan lama, banyak raja-raja dan ratu-ratu kecil, termasuk saya.  Kami biasa dikelilingi dayang-dayang, ajudan, pengawal, asisten pribadi, pokoknya dilayani, dibantu, diladeni.  Semua tinggal perintah, minta tolong, mulai dari membuatkan janji, mengatur perjanjian, datang ke tempat tinggal masuk ke ruangan pejabat, tidak perlu mendaftar di resepsionis, semua sudah ada yang melakukan.  Bertemu pejabat pun berombongan, pasti ada yang mendampingi, agar ada juru catat, hehe.

Sementara di perusahaan yang sekarang, saya harus melakukan semuanya sendiri.  Mau mengatur pertemuan dengan pejabat, silakan atur sendiri, datang sendiri, buat proposal sendiri, mencatat sendiri dan menindaklanjuti sendiri.  Sungguh saya sempat gegar budaya, namun akhirnya saya malah menikmati.  Bayangkan, sekarang saya bisa bebas mengobrol dengan para pejabat, karena tidak ada orang lain di samping saya.  Yang pasti, saya bisa menjadi diri sendiri, tidak harus jaim, karena para pejabat yang saya datangi akhirnya lebih memandang saya sebagai pribadi dibandingkan sebagai pejabat suatu perusahaan.

Saya juga jadi selalu berusaha datang lebih cepat, karena saya harus mendaftar dulu di resepsionis.  Saya juga jadi terbiasa menanyakan nomor HP para sekretaris, agar bisa berkoordinasi apabila jadwal pertemuan berubah, juga untuk memonitor, kemana perginya surat penawaran saya, sehingga saya bisa menindaklanjutinya ke pihak yang diberi disposisi sang pejabat.  Juga, dengan sok akrab dengan para sekretaris, saya bisa lebih mudah mendapatkan nomor telepon staf yang ditugaskan sang pejabat untuk menindaklanjuti surat saya.  Dan yang juga cukup penting, karena saya juga berjualan, sangat efektif sok akrab dengan para sekretaris, karena mereka lah yang sering diminta bossnya untuk memesan atau membeli barang-barang yang saya jual.  Haha...

At the end, saya merasakan banyak manfaatnya jadi single fighter, ya, saya jadi sangat mandiri, tidak mudah kecil hati dan tidak mudah putus asa.  Semangat!!!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...