What Next?

Ketika saya menonton pelantikan presiden yang baru, tersirat  pertanyaan di benak saya, apa yang akan dilakukan presiden yang lama esok hari?  Apa yang dilakukan beliau di hari pertama setelah melepas jabatannya?  Apa yang pertama dilakukannya ketika kembali menjadi rakyat biasa?

Yang juga mirip-mirip adalah para calon menteri yang katanya mendapat catatan dari lembaga antirasuah, apa yang akan terjadi setelah mereka dinyatakan tidak lolos?  Mereka kehilangan kesempatannya.  Apakah masa depannya jadi suram?  What next?

Nah, pertanyaan ini yang juga pernah menyelimuti hati saya ketika diberhentikan dari pekerjaan saya yang telah bertahun-tahun saya jalani.  Apa yang akan saya lakukan esok hari?  Pertanyaan ini saya ungkapkan juga pada saat menyampaikan kata-kata perpisahan.

Pertanyaan itu muncul kembali setelah mendengarkan keputusan yang menyesakkan itu.  Semuanya tidak bisa membantu saya mengambil keputusan apa yang harus saya lakukan.  Semuanya menyerahkan kepada saya.  Bahkan seorang sahabat bilang, it’s your life.  Baiklah…

Jujur, saya bingung, apa yang akan terjadi selanjutnya.  Kejadian-kejadian yang saya anggap sebagai petunjuk pun ternyata tidak memberi petunjuk ke arah yang sebenarnya.  Atau mungkin, saya salah dalam menginterpretasi kejadian-kejadian itu sehingga saya salah arah.

Secara normatif, biasanya para pejabat setelah pensiun bilang, akan mengajar, back to campus.  Nah, kalau saya, saya harus kembali kemana?

Jujur, saya tidak mempersiapkan diri dengan baik, karena saya pikir, perjalanan hidup saya akan normal saja, tidak naik turun seperti roller coaster.  Saya belum sempat bersiap-siap untuk melompat ke dunia baru, ke kehidupan baru, namun malahan saya keburu jatuh, tepatnya, saya malah didorong ke jurang.

Sudah setahun berlalu dan saya belum mendapatkan bentuk baru dari kehidupan saya.  Semuanya mengalir saja, sampai saat itu pun saya merasa masih dalam tahap survival. 

Ketika memasuki tahun kedua, saya pun mulai menikmati hidup dan akhirnya menemukan banyak hal baru.

Dulu, ketika baru beberapa hari diberhentikan, seorang pejabat yang sangat baik, ikut membantu memikirkan masa depan saya.  Salah satunya, dia menanyakan, apakah saya mau jadi penulis?  Saya tertawa, saya bilang, saya tidak berbakat.  Namun, apa yang terjadi setahun kemudian?  Saya jadi kerajingan menulis di blog.  Walaupun baru kelas penulis blog, tapi hal itu sudah menunjukkan, bahwa saya bisa menulis.  Ternyata, sang pejabat benar, beliau memang seorang talent scouting.  Saya harus melaporkan padanya bahwa saya ternyata bisa menulis.

Nah, hari ini saya mendapatkan pertanyaan:  what next?  Seorang boss yang saya mediasi, bertanya, after your case finished, what will you do?  Saya bingung, tidak siap dengan jawabannya.  Kemudian dia usul, I think you’ll better be a private consultant.  Saya pun bingung, What kind of consultant?  Dia jawab, networking. 

Oooo, saya baru sadar.  Rupanya, dia melihat saya cocok jadi broker.  Dia pun menceritakan, dulu pernah meng-hire seorang konsultan untuk mengatur dirinya bertemu dengan pejabat ini itu, walaupun tidak berhasil.  Wah, mungkin menurut dia, saya cukup berhasil dan berbakat untuk itu.  Benar saja, tidak lama sekretarisnya pun menelpon saya dan bilang: mbak berbakat ya jadi broker, boss juga bilang begitu,  dan mbak ga hanya omdo, boss sangat puas dengan progress proyeknya.  Wah, wah, ternyata saya punya talenta yang lain….

Sekarang, saya sudah bisa berpikir, bahwa saya tidak perlu terus-terusan bertanya: what next?  Karena, ternyata sudah ada “next next” yang lain dan semoga akan ada “next next” yang lain lagi untuk mengisi hidup saya dan tentunya mengisi kocek saya…..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...