Zero
Zero (noun):
1. The numerical symbol 0; a cipher.
a. The identity element for addition.
b. A cardinal number indicating the absence
of any or all units under consideration.
c. An ordinal number indicating an initial
point or origin.
d. An argument at which the value of a
function vanishes.
3. The temperature indicated by the numeral
0 on a thermometer.
4. A sight setting that enables a firearm
to shoot on target.
5. Informal: One having no influence or importance; a nonentity.
6. The lowest point.
7. Informal: Nothing; nil.
Ketika
sedang ngopi-ngopi dengan teman penulis saya, tiba-tiba dia bilang, kamu kan
special case ya, biasanya orang from zero to hero, kamu malahan from hero to
zero ya...
Kemudian dia
melanjutkan, tapi kamu merasa tidak perlu jadi hero lagi kan?
Saya
termenung.
Betul, apa
saya perlu jadi hero, jadi somebody lagi?
Apalagi,
setelah hampir dua tahun ini menjadi zero, jadi nobody, apakah saya perlu punya kehidupan
seperti dulu lagi?
Apakah saya
cukup bahagia dengan hidup saya saat ini?
Menjadi zero, menjadi nobody?
Pikiran itu
sangat mengganggu saya.
Namun,
untungnya justru pembicaraan itu menghasilkan ide, untuk membuat buku tentang
dari hero menjadi zero.
Teman saya
pun kemudian minta saya menyiapkan kata pengantar untuk buku kami. Saya pun coba menuliskan, apa yang saya
rasakan:
“When you were on top, and suddenly you fell
down, sank into the bottom, you were in the lowest point of your life, what
should you do?
Don't worry! Just get used to it and be happy!
Life goes on....”
Kata teman
saya, itu kurang menjual, sehingga teman saya pun merubahnya menjadi sangat
puitis:
“Jatuh tak harus runtuh .......
Hidup penuh kejutan. Kita tidak pernah tahu kapan di atas, dan kapan tersandung lalu tersungkur.
Hidup penuh kejutan. Kita tidak pernah tahu kapan di atas, dan kapan tersandung lalu tersungkur.
Tapi menariknya, bahkan dalam keadaan jatuh
pun, setiap detik kehidupan masih selalu bisa dirayakan.
Setidaknya, itu yang saya rasakan.
Setidaknya, itu yang saya rasakan.
Saat mengalami kasus hukum yang tidak mengenakkan, saya mulai nge-blog. Lumayan, blog itu menjadi tempat pelampiasan, saat diri dirundung rasa putus asa, lelah dan kecewa.
Tanpa saya sadari, jumlah tulisan di blog bertambah cukup cepat. Dan memang, kegiatan menulis ini menjadi semacam terapi.
Menyalurkan apa yang dirasakan dan dipikirkan. Mengurai kebingungan dan pertanyaan-pertanyaan
yang tersimpan di kepala.
Dan ternyata bagi saya, menulis bisa membuat
mata lebih terbuka, bahwa kita tak selalu seperti yang kita kira. Rasanya sudah
hebat, tapi nyatanya belum apa-apa. Atau sebaliknya. Rasanya tak punya apa-apa,
enggak tahunya kita malah bisa memberi banyak."
Ya itulah
hidup saya sekarang, from hero to zero. Life goes on. Tralala……
Dedicated to my
friend, you are a great writer; and you have made me uncover my potential in
writing…..Thank you
Komentar
Posting Komentar