A Long and Winding Road


Ternyata semuanya belum selesai, belum berakhir…..

Tidak tahu, berapa lama lagi saya harus menjalani proses ini.  Sungguh melelahkan.  Hanya karena orang-orang yang bermain api, akhirnya kebakaran.  Dan saya terjebak di tengah pusaran, tidak bisa kemana-mana.

Yang saya tidak habis pikir, apakah orang-orang ini tidak pernah berpikir sebelumnya, bahwa apa yang dilakukannya akan menjadi seperti ini?  Bahwa tindakannya akan membuat saya kehilangan masa depan? Bahwa tindakannya akan membuat anak-anak saya menderita?

Ya, tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa saya akan mengalami perjalanan panjang dan melelahkan ini.  Mungkin dulu orang sekitar saya melihat saya dengan iri, betapa menyenangkannya hidup saya.  Namun, begitu sekarang mereka melihat saya, mungkin mereka akan kasihan, betapa malangnya nasib saya.

Sebaliknya saya, memang tidak pernah suka dengan kehidupan saya dulu.  Orang-orang terdekat saya mungkin tahu, betapa menderitanya saya saat itu.  Namun, sekarang, saya lebih menderita lagi.  Tapi saya harus mengambil hikmahnya, mengambil pelajaran dari apa yang terjadi.

Ya sudahlah, yang harus saya pikirkan adalah bagaimana menyambung hidup ke depan.  Nafas sudah tersengal-sengal, namun harus tetap berlari, nafas harus tetap panjang.

Tadinya saya pikir, esok sudah bisa bekerja normal lagi, 9 to 5.  Sudah bisa duduk manis di kantor, meeting, courtesy call, dll.  Padahal sudah ada perusahaan yang sangat berminat mempekerjakan saya dan secara rutin memonitor apakah kasus saya sudah selesai.  Ternyata, hidup saya belum berubah.  Masih tetap luntang-lantung.

Yang jadi pikiran saya, apakah perusahaan ini masih mau menunggu sampai tahun depan?  Apakah kesempatan saya jadi hilang?

Dari sisi pengeluaran, apa lagi yang harus ditekan?  Mengencangkan ikat pinggang, sampai berapa kencang?  Bahkan si kecil sudah saya ajarkan untuk berhemat, mengenalkan konsep daur ulang, dll.  Saya jadi ingat, dulu mantan Direktur saya pindah ke perusahaan yang lebih kecil dengan gaji dan fasilitas yang lebih kecil pula, beliau bercerita, untuk menyikapi kekurangan penghasilan, beliau mengurangi jumlah AC di rumah dan mengganti kaca jendela dengan rayban, kemudian anaknya diajarkan untuk makan di restoran yang murah meriah, buat beliau, resto fast food pun juga jadi mahal.  Nah, itu baru akibat pengurangan penghasilan, bagaimana dengan saya yang kehilangan pekerjaan?  Baiklah, mari kita berhitung ulang anak-anakku....

Saya juga kepikiran, apakah teman-teman saya masih bertahan mendukung saya?  Sekarang saya sudah menjadi ‘nobody’.  Apakah mereka masih mau berteman dengan saya?

Saja jadi merenung, mengingat-ingat, selama setahun ini, apakah teman saya berkurang atau bertambah?  Berkurang sudah pasti, karena teman-teman kantor sudah tidak merasa perlu berteman dengan saya.  Kolega bisnis, tentunya juga berkurang, karena saya tidak di bisnis itu lagi.

Ketika menghitung bertambahnya teman, saya memang ternyata menemukan teman-teman baru, yang saya yakin tentunya lebih tulus, karena mereka mengenal saya sebagai ‘nobody’, mengenal saya saat saya terpuruk.  Dan mereka ternyata bisa menerima saya apa adanya.

Saya merenung, teman-teman yang berkurang adalah teman-teman saya saat masih bekerja, menjabat dan berbisnis yang dulu.  Artinya, mereka akan hadir lagi apabila saya bekerja, menjabat dan berbisnis yang sama.  Justru, teman-teman baru saya ini, mungkin tidak pernah akan saya temukan pabila saya tidak pernah keluar dari lingkungan saya dulu.  Karena mereka tidak di kantor saya, tidak di bisnis saya.  Artinya, pada akhirnya, teman saya bertambah.

Ya, saya banyak belajar dari kejadian ini.  Saya tidak perlu takut untuk menjalani kehidupan saya setelah hari ini.  Kesempatan akan selalu ada, teman akan selalu ada.  Saya hanya cukup mempersiapkan diri saya untuk menjalaninya.  This is a new journey, another long journey.  Ibaratnya akan mengarungi perjalanan jauh yang berliku, kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi di depan.  Untuk itu, saya harus menyiapkan fisik saya, untuk menghadapi panas, hujan, dan angin, mungkin pula badai salju.  Saya juga harus mempersiapkan perlengkapan seperti jaket, payung, topi, jas hujan, kaca mata hitam, sunblock, syal, dll untuk menghadapi segala sesuatunya.  Dan yang terpenting, siapkan mental agar tetap semangat. Life goes on…..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...