Nightmare


Semua orang pasti pernah mengalami mimpi buruk, namun yang akan saya ceritakan adalah kejadian-kejadian buruk yang menimpa saya, yang saya harapkan ini hanyalah sebuah mimpi .  Tapi ternyata, ini bukan sekadar mimpi, namun kenyataan yang harus saya hadapi.  Nah, apa yang saya lakukan setelah mengalami “nightmare” ini?

Nightmare pertama adalah ketika perceraian saya.  Pada hari sidang perceraian saya, malamnya saya harus melakukan presentasi mata kuliah marketing.  Bayangkan, siang harinya saya berada di pengadilan, malamnya saya harus presentasi.  Berhasilkah saya? Saya mendapatkan nilai A!

Nightmare kedua adalah ketika saya mengurus permasalahan hukum tanah milik ayah saya.  Saya sempat tidak tahu apakah saya bisa pulang atau tidak hari itu.  Ketika saya diperbolehkan pulang, saya terus menangis.  Keesokan harinya, saya menghadap pimpinan saya dan tetap bekerja seperti biasa.  Terkait dengan permasalahan ini, untungnya  di akhir proses, yang terjadi adalah hal yang baik, sehingga walaupun saya menangis tersedu-sedu, tapi saya merasa semuanya bagai mimpi indah, sweet dream.

Nightmare ketiga adalah ketika saya diperiksa dari pagi bersama dengan 3 kolega saya.  Sore harinya ketiga kolega saya dibawa pergi dan saya boleh pulang.  Yang saya ingat, besok paginya saya harus mendatangi suatu organisasi untuk panggilan wawancara.  Saya melamar ke organisasi itu karena saya memang benar-benar ingin bekerja di tempat itu.  Paginya, dengan muka sembab sehabis menangis, saya mendatangi kantor itu.  Pada ujian tertulis, saya bisa melakukannya.  Namun, ketika saat wawancara, saya mendadak blank.  Saya bahkan lupa, jabatan apa yang saya lamar! Sang pewawancara pun dengan tajam memarahi saya, bagaimana mungkin saya lupa jabatan yang saya lamar, padahal panggilannya sudah seminggu yang lalu?  Saya hanya bisa mengaku salah, saya bilang saya lupa.  Saya hanya berkata dalam hati, kalian tidak tahu, apa yang saya alami tadi malam.  Berhasilkah saya? Tentu tidak! Saya ditolak.

Nightmare berikutnya adalah ketika saya mendengarkan tuntutan yang diajukan kepada saya.  Saya ingat, esok paginya saya harus melakukan presentasi produk MLM saya di suatu instansi Pemerintah.  Sorenya memang saya sedikit menangis, namun esok paginya, saya sudah berangkat seperti biasa dan melakukan presentasi di instansi tersebut.  Untungnya, saya didampingi kolega yang secara teknis sangat pandai.  Saya hanya bertindak sebagai marketer.  Berhasilkan saya? Belum tahu, karena transaksi belum terjadi.  Namun minimal, saya berhasil melakukan presentasi, di tengah kegalauan saya.

Hal itu terulang lagi ketika saya mendengarkan vonis hakim.  Kali ini saya lebih siap, sehingga tidak menangis sedikitpun.  Keesokan harinya, kembali saya melakukan presentasi produk MLM saya.  Namun karena kolega saya mendadak sakit, presentasi dijadwal ulang.  Namun, hari itu berhasil saya lewati dengan baik.

Dari sekian peristiwa tersebut, saya hanya menyimpulkan bahwa dunia tidak kiamat ketika nightmare menimpa kita.  Seorang sahabat selalu mengatakan, hadapi saja, langit belum runtuh.  Jadi, kita tetap harus dapat menyikapi dan punya prioritas hidup.  Be positive…

Kita seringkali tidak dapat menghindari kejadian buruk dalam hidup kita, namun tetap, kita harus fokus pada apa yang sedang kita kejar.  Tidak perlu meratapi nightmare itu dan berharap itu tidak pernah terjadi, karena yang penting, bagaimana sikap kita dalam menghadapi nightmare ini, apakah mau meratapi berlama-lama, atau move on dan melakukan hal-hal positif yang bermanfaat.

Sweet dreams…..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...