Kupu-kupu


 Saya ingin sekali jadi kupu-kupu, ingin bisa bermetamorfosis. Daur hidup kupu-kupu dimulai dari telur, telur kemudian menetas menjadi ulat. Ulat makan selama berhari-hari, lama kelamaan ulat behenti makan dan mulai berubah menjadi kepompong.  Masa kepompong berlangsung selama berhari-hari. Jika telah sempurna, kupu-kupu keluar dari kepompong. Kupu-kupu dewasa berkembang biak dengan bertelur. Dari telur itu, proses metamorfosis dimulai lagi.

Nah, saya ingin bisa selalu bermetamorfosis, berubah dari ulat yang bersembunyi dalam kepompong ingin keluar dari kepompong dan menjadi kupu-kupu….

Berbicara tentang kupu-kupu, saya memang senang kupu-kupu, karena terlihat sangat indah.  Waktu bayi-bayi saya masih perlu dijemur di matahari pagi, saya sering menimangnya sambil menyanyikan lagu Kupu-kupu yang lucu.  Begitu batik ngetrend sebagai pakaian kerja sehari-hari, saya selalu senang memilih motif batik kupu-kupu.  Saya juga senang memilih dekorasi yang berbentuk kupu-kupu, hiasan dinding berbentuk kupu-kupu, bahkan aksesoris berbentuk kupu-kupu.

Terkait metamorfosis, sudah dua orang teman yang menasehati saya, ganti image, be a new you.  Ya, mereka meminta saya untuk bermetamorfosis.  Menjadi pribadi yang berbeda.  Tidak ada yang salah untuk merubah citra, selama tidak melanggar nilai-nilai yang saya anut.

Seorang teman bilang, sudah sekian lama citra saya adalah citra perempuan kuat, ga masalah kan kalau sekarang citranya adalah perempuan lemah?  Tidak ada yang salah dengan perempuan lemah kan?  Betul juga.  Teman lainnya bilang, dulu citramu kan agak maskulin, sekarang bisa ubah jadi feminin.  Kurang lebih sama lah pendapat kedua teman saya itu.

Salah seorang teman itu bilang, saya harus tau apa misi saya di dunia, sehingga saya tau citra apa yang sebenarnya cocok untuk saya. Jadi, dengan mengetahuinya, saya akan lebih ikhlas menjalaninya.  Dia mencontohkan dirinya, bahwa misinya adalah melayani anaknya.  Dia juga mencontohkan mantan suami saya yang sampai sekarang tidak dikaruniai anak, sehingga bisa konsentrasi penuh mengurusi ibunya.  Nah, mungkin memang misinya di dunia untuk mengurusi ibunya.  Dia mencontohkan lagi, salah satu teman kami juga selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sakit, semua orang dekatnya, mulai istrinya, anaknya, ibunya, kakaknya, semua sakit dan dia mengurusinya, jadi mungkin misinya di dunia adalah mengurusi orang sakit.

Saya jadi ingat, beberapa tahun yang lalu, ketika menghadapi kasus hukum orang tua saya, saya sempat berkata kepada seorang sahabat bahwa saya ingin meredefinisi hidup saya.  Waktu itu, selain cukup stress menghadapi kasus hukum, saya juga sudah sangat bosan bekerja di kantor saya, rasanya sudah mentok, sudah tidak bisa berkembang, sudah tidak ada tantangan.  Namun yang terjadi, saya malah mendapat tugas yang lebih berat, sehingga saya tidak sempat berpikir lagi tentang meredefinisi hidup saya.

Nah, saking sibuknya dengan tugas saya yang baru, saya tidak sempat secara serius memetakan jalan apa yang akan saya tempuh setelah selesai dari pekerjaan saya yang lama, karena saya pikir, masih cukup waktu untuk mempersiapkannya.  Namun, ternyata semua terjadi begitu tiba-tiba, saya diberhentikan sebelum masa jabatan saya berakhir, sehingga saya belum sempat bersiap-siap.  Belum sempat membuat perencanaan, bagaimana hidup saya selanjutnya.

Tanpa terasa, setahun berlalu, saya berjalan tanpa peta sama sekali, mengikuti kemana kaki melangkah, mengalir begitu saja. 

Saya merenung, mungkin benar selama setahun setelah saya berhenti bekerja, selama saya menjalani kasus hukum saya, saya tetap bertahan menampilkan citra sebagai wanita kuat, seakan-akan maskulin.  Padahal, di dalam hati, saya ingin sekali menangis, ingin sekali minta bantuan semua orang, minta perhatian orang-orang terdekat saya dan bilang, please help me, please care for me.  Tapi, seringkali rasa gengsi membuat saya tetap bersikap tenang, cenderung dingin, tidak mau menangis.  Saya tidak mau orang menganggap saya lebay, drama queen.  Saya takut teman-teman menjauh karena citra saya yang berbeda.

Saya pikir, saya terlalu membentengi diri, terlalu takut terlihat lemah, terlalu takut keluar dari kepompong yang saya buat sendiri. Mungkin sekarang saatnya saya merubah citra saya, sebagaimana usulan teman-teman saya itu, becoming a new me….


Dedicated to my old friend, you are so true. It is worth to try.  Hopefully, my friends won’t mind, and still be my friends….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...