In memory of my Dad: What is a dad?
What is a dad?
A dad is someone who wants to catch you before you fall but instead picks you up, brushes you off, and lets you try again.
A dad is someone who wants to keep you from making mistakes but instead lets
you find your own way, even though his heart breaks in silence when you get
hurt.
A dad is someone who holds you when you cry, scolds you when you break the rules, shines with pride when you succeed, and has faith in you even when you fail...
A dad is someone who holds you when you cry, scolds you when you break the rules, shines with pride when you succeed, and has faith in you even when you fail...
(unknown)
Ayah memang orangnya unik. Berbeda dengan ayah teman-teman
saya yang pernah saya temui. Ayah sering
memilih jalan berbeda dalam menjalani hidupnya.
Ayah menolak beasiswa di Inggris dan memilih sekolah di PTN. Ayah juga memilih berhenti bekerja dari
sebuah BUMN dan malahan membangun usahanya sendiri. Maka, kami hidup jatuh bangun.
Yang paling saya sesali, Ayah menolak ketika saya, sebagai anak perempuan ketiga, sempat diminta oleh seorang jenderal kerabat Ayah, untuk dijadikan anak angkatnya. Saya bilang, ah Ayah, coba saya jadi diangkat, saya mungkin sudah jadi pengusaha sukses karena punya network dari sang jenderal. Ayah tidak pernah marah apabila saya menyesalkan dirinya. Tapi saya tahu, Ayah menolak karena Ayah sayang padaku.
Ayah menilai saya selalu paling bandel, hehehe. Waktu belajar menyetir mobil, saya sempat
menyenggol pohon mangga di rumah. Sopir
langsung membereskan mobil, sehingga tidak ada bekasnya, namun bekas di pohon
mangga tidak bisa ditutupi. Ayah sibuk
memeriksa mobil, dan berkata, heran, pasti ada yang menyenggol pohon
mangga. Tapi Ayah tidak pernah memarahi
saya. Ketika saya menabrak mundur dan
lampu mobil pecah, sopir langsung membelikan gantinya, namun warnanya agak
berbeda dan harus dicat. Sebelum sopir
sempat mengecat, Ayah melihat mobil dan berkata, sepertinya ada yang aneh. Siangnya, sopir pun mengecatnya, sehingga
tampak seperti yang lama. Saya selalu
merasa bangga karena berhasil mengelabui Ayah, namun ternyata di kemudian hari
Ayah bilang, dia tau apa yang terjadi.
Ayah sangat mengerti saya, sehingga Ayah sering mengerjai
saya. Ayah selalu bilang, bahwa saya
sangat pandai berdalih, ya, saya tukang ngeles.
Namun, Ayah selalu punya cara untuk menaklukan saya. Kata Ayah, kalau saya lihat sekeliling saya
tidak yakin, maka saya akan sangat meyakinkan.
Namun, Ayah biasanya mencari
celah untuk mendebat saya dan Ayah selalu punya cara untuk mengatur perilaku
saya.
Satu hal yang saya juga tidak pernah lupa adalah Ayah sangat
memperhatikan pekerjaan anaknya, terutama apabila terkait dengan kecurangan,
maka Ayah akan marah. Juga, jabatan anaknya ternyata penting untuknya.
Waktu saya bekerja di bank, saya ditempatkan di bagian
kredit. Ada nasabah yang sempat
mengantarkan dokumen ke rumah. Ayah
langsung memeriksa dokumen tersebut,
untuk memastikan tidak ada titipan amplop di dalamnya. Sungguh mencengangkan!
Suatu saat, di kantor saya dilakukan reorganisasi, sehingga
saya kehilangan jabatan. Saya tidak
pernah memberi tahu Ayah, namun ketika Ayah mampir ke kantor dan mendapati saya
sudah tidak punya ruangan, Ayah langsung menangkap situasi, bahwa saya sudah
tidak menjabat lagi. Ayah langsung
mananyakan, apakah saya membuat kesalahan di kantor, sehingga saya dihukum dan
tidak mendapatkan jabatan. Setelah saya
jelaskan panjang lebar, Ayah mau mengerti.
Buat Ayah, anaknya tidak boleh melakukan kesalahan, karena ini
menyangkut nama baik keluarga.
Yang cukup mengejutkan, ketika saya ingin sekali melepaskan
jabatan saya dan menyerahkan kepada seorang teman yang sangat memaksa, Ayah
menentang keras. Buat Ayah, apa yang
sudah saya capai merupakan prestasi, tidak perlu mengalah pada orang yang tidak
punya prestasi. Menurut Ayah, teman yang
memaksa itu pasti akan mendapatkan jabatan apabila dia berprestasi.
Itulah Ayah, kadang sulit ditebak, namun selalu tahu apa
yang harus dilakukan. Dan saat ini, saya
sedang menghadapi masalah yang membuat saya bingung. Saya benar-benar tidak tahu apa yang harus
saya lakukan, coba ada Ayah…..
Saya ingat, dihari berpulangnya Ayah, saya yang ditugasi
untuk melakukan reservasi kamar di rumah sakit.
Saya sempat menelpon Ayah untuk menanyakan posisinya sudah sampai
mana. Ayah menjawab: cerewet banget sih,
ini Ayah sudah mau berangkat. Ternyata,
itulah percakapan saya yang terakhir dengan Ayah. Beberapa menit kemudian, Ayah memang
berangkat. Ayah berangkat menghadap Sang
Khalik…..
Wish you were here Dad,
during the lowest point of my life, so you can help me to climb up …..
Komentar
Posting Komentar