A new you
Siang ini saya makan siang dengan seorang sahabat lama. Sahabat saya ini saya kenal saat kuliah dulu,
waktu kami berdua masih ibaratnya kertas putih, ga punya masalah sama
sekali. Hidup juga rasanya penuh
kebahagiaan, penuh canda dan tawa. Saya
ingat, waktu saya berpacaran, pacar saya ga bisa nyetir mobil, jadi kalau mau
kencan, kami naik motor. Nah, karena
saya selalu bawa mobil ke kampus, mobil harus ada yang urus. Saya pasti minta sahabat saya itu untuk
membawa mobil saya dan dia akan dengan senang hati membawanya, karena akan dia
pakai jalan-jalan dengan teman se kostnya, secara dia ga punya mobil di sana,
jadi kesempatan jalan-jalan pakai mobil. Hahaha….
Nah, saat ini saya bertemu dengannya dalam kondisi yang
berbeda. Kami masing-masing sudah penuh
dengan masalah. Kami jadi berbincang
mengenai pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Saya pernah bertandang ke kantornya dengan seorang teman lainnya, waktu
itu dia sibuk sekali, namun kami menyempatkan diri pergi makan siang. Saya bilang, saya dan teman kagum karena kamu
sangat sibuk, sementara saya waktu itu sudah bekerja dari rumah, bahkan teman
lainnya sudah berhenti bekerja sama sekali.
Yang paling mengesankan adalah pertemuan saya ketika
merayakan promosinya menjadi salah seorang top management di kantornya. Karena, beberapa tahun kemudian, saya kembali
bertemu di tempat yang sama, namun kali ini dalam rangka dia sudah berhenti
bekerja. Saya bilang padanya, betapa
roda kehidupan cepat berputar, karena dulu kami makan dalam suasana riang,
namun pada kesempatan berikutnya, dia kelihatan stress. Memang, dia sedang dirundung masalah yang
sangat berat, jadi wajar saya kalau dia terlihat stress, walaupun saya sempat
bilang ke dia, bahwa dengan permasalahan sebanyak dan seberat itu, dirinya
masih tetap terlihat baik-baik saja.
Siang ini, saya tiba-tiba bisa berbicara apa adanya padanya,
saya bilang, coba merenung, meditasi, look inside, temukan apa yang ada di
dalam dirimu, karena kekuatan ada di dalam dirimu. Coba ubah image mu, tidak ada yang salah
dengan merubah image. Saya bilang, sudah
beberapa lama citramu adalah perempuan yang kuat, perempuan yang hebat, mungkin
saatnya merubah citramu menjadi perempuan yang lemah. Tidak ada yang salah jadi perempuan lemah,
perempuan cengeng. Ga dosa kok.
Saya juga berhasil diskusi panjang lebar dengannya, bahwa
dia harus coba melihat ke masa lampau, apa kira-kira yang telah dia
lakukan. Kebetulan saya sedikit belajar
tentang jiwa. Saya lihat, jiwa dia
adalah jiwa yang tua, sehingga pasti punya sejarah panjang. Untungnya, teman saya itu mau mendengarkan
penjelasan saya, walaupun mungkin agak berbeda dengan kepercayaannya.
Saya contohkan diri saya, dulu saya selalu dikenal sebagai
perempuan langsing dan ketika sekarang saya memilih untuk mengemban misi saya
di dunia, saya menjadi tidak terlalu memperdulikan penampilan saya. Walaupun hal ini sempat membuat saya khawatir,
setiap mau ada reuni saya bercermin dan melihat penampilan saya yang sudah
gemuk dengan rasa khawatir, namun saya akhirnya bisa pede aja. Dengan “letting go”, saya sekarang merasa
nyaman.
Saya juga mencontohkan, dulu saya yang membantu adik saya
pada awal-awal adik dan suaminya membangun bisnisnya. Dulu saya pula yang bilang ke kakak saya,
boleh ambil baju saya yang mana saja.
Sekarang, ketika kakak dan adik saya bisa beli tas mahal dan saya malah
sedang kepayahan ingin menjual rumah saya, saya bisa menerima keadaan. Toh roda kehidupan berputar, saya dulu
membantu kakak dan adik saya, sekarang, mereka dengan senang hati membantu
saya. Ga ada yang salah kan?
Saya bilang, kamu harus coba berubah, sesuai dengan
tulisanmu tentang Letting go, cobalah untuk melepaskan image lama mu, people
change. Tidak usah terlalu peduli apa
kata orang, karena bukan mereka yang menjalani hidupmu, tapi dirimulah yang
menjalaninya. Pilihlah citra yang paling
membuatmu happy. Teman-temanmu akan
dapat menerimanya, dan apabila ada teman yang tidak dapat menerimamu apa
adanya, tidak usah pusing, artinya mereka bukan sahabat sejatimu.
Dia terlihat menyimak semua pendapat saya. Dia memang termasuk teman saya yang saya
nilai tidak pernah menghakimi saya. Jadi,
mudah-mudahan ada kata-kata saya yang mengendap di hatinya. Saya berharap, ketika bertemu dia lagi di
kesempatan berikutnya, dia sudah berubah, dan tentunya sudah menemukan
kebahagiaannya.
Komentar
Posting Komentar