Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Coincidence is guidance

Status teman saya itu terus mengganggu pikiran saya.  Saya jadi ingat, pernah bercuit di Twitter: begitu banyak kebetulan-kebetulan dalam hidup saya.  Waktu itu saya ingat, beberapa teman me reply nya.  Saya jadi coba mengingat-ingat, apa saja kebetulan-kebetulan itu, dan apa dampaknya. Dari hal-hal kecil, seperti kita terjatuh, atau sampai hal besar, bisa menjadi sebuah petunjuk.  Ya, barusan saya terjatuh di depan gerombolan orang, petunjuknya adalah sepatu saya terlalu tinggi, sehingga saya harus berpikir ulang apakah akan tetap mengenakannya atau menanggalkannya. Ketika saya butuh kios di suatu pasar yang sedang hit, saya menghadap ke kepala pasar untuk memperoleh kios.   Kepala pasar bilang, semua kios penuh.   Dengan lugu saya menyebutkan bahwa   sepupu saya kenal dengan sang kepala pasar.   Sikap sang kepala pasar berubah drastis dan saya langsung mendapatkan kios keesokan harinya.   Rupanya, kakak sepupu saya itu adalah bossnya.   Oh saya baru tahu.   Artinya, ketika saya b

Orang ketiga

Gambar
Hus….saya bukan ingin jadi orang ketiga sebagaimana orang ketiga di tengah-tengah suatu hubungan yang biasanya jadi merusak hubungan itu.   Saya hanya ingin jadi orang urutan ketiga.   Saya tidak harus jadi urutan kesatu atau kedua, saya cukup jadi orang urutan ketiga. Kenapa saya ingin jadi orang ketiga? Saya sendiri merupakan anak ketiga, ya urutan ketiga, anak pertama, kedua dan ketiga.   Juga pertimbangannya bila kita ikut pertandingan atau kontes, kadang-kadang jadi orang pertama berat juga, karena jurinya masih semangat-semangatnya, sementara jadi orang kedua pasti masih dibandingkan dengan orang pertama.   Juga dengan jadi orang urutan ketiga, kita sudah bisa mempelajari situasi, bahkan mungkin sudah bisa belajar dari kesalahan orang pertama dan kedua.   Jadi, ada enaknya jadi urutan ketiga, jangan jadi orang terakhir juga, juri sudah biasa saja, tapi belum cape. Di samping itu, di dalam menjalani permasalahan saya yang berat ini, saya ternyata mengalami banyak h

Adik, doamu paling didengar…..

Ketika dokter ahli Radiologi menyatakan bahwa bayi dalam kandungan saya adalah laki-laki, betapa kecewanya hati saya.   Saya sempat menangis dalam perjalanan pulang.   Ya, saya sangat mendambakan anak perempuan, karena anak pertama saya laki-laki.   Demi mendapatkan anak perempuan, saya mengambil risiko untuk hamil di usia yang sudah cukup tua.   Namun, ternyata, Tuhan belum mengabulkan doa saya. Ketika bayi ini lahir, ternyata dia sangat lucu dan itu cukup menghapuskan kekecewaan saya.   Bayi itu saya sebut Adik. Ketika kecil, Adik terlihat jauh lebih mandiri dari kakaknya.   Namun begitu masuk sekolah, terlihat Adik mulai tidak nyaman, sehingga sering membolos saat KB dan TK.   Saya masih tetap berpikir positif, bahwa Adik hanya malas saja, karena berbeda dengan kakaknya, Adik senang belajar menulis sendiri, begitu juga membaca.   Namun, tulisan Adik tidak bagus, karena pada saat belajar menulis tidak mengikuti cara-cara menulis yang benar.   Adik hanya meniru bentuk huruf.

Catatan seorang teman: 100!

Gambar
PING! Ketika ada yang nge-Ping saya, saya langsung membukanya dan ternyata itu pesanan bunga dari seorang mantan Menteri.   Hore…. ! Ini adalah pesanan ke-100 dari Mimosa. Pesanan ke 100 ini tentu membawa kebahagiaan bagi kami.   Bayangkan, belum 3 bulan kami memutuskan untuk memulai bisnis florist, namun pesanan kami sudah mencapai 100 buah.   Banyak suka duka yang kami alami selama 2 bulan lebih menjalani bisnis ini. Salah satu permasalahan yang sering membuat kami sedih adalah keluhan dari para pelanggan.   Apalagi kami semua baru pertama kali ini terjun ke bisnis retail seperti ini.   Jadi kami masih cukup sensitif apabila menerima kritik, apalagi bila keluhan atau kritik itu adalah dari mantan anak buah.   Namun, dengan kerendahan hati, dengan menekan ego kami, kami menyadari, bahwa keluhan pelanggan adalah masukan yang bermanfaat bagi kami untuk menata bisnis ke depan. Memang, sebagai online florist, kami belum mempunyai toko sendiri, sehingga sangat tergantung pa

Que sera sera

Gambar
Que sera sera Whatever will be will be The future’s not ours to see Que sera sera What will be, will be Sebenarnya, que sera sera itu kan sama saja dengan pasrah, yang terjadi, terjadilah.   Tapi pasrah tidak berarti putus asa kan?   Tidak berarti menyerah kan? Saya sering bilang que sera sera kalau saya sudah bingung banget, sudah mumet banget kepala rasanya.   Tapi, ga tau ya, saya   kok ga bisa ya kalau cuma duduk diam, trus nangis, kayak perempuan lain.   Saya rasanya geregetan banget kalo trus diem aja melihat masalah saya ga selesai, kok enak aja ni masalah, mengganggu hidupku! Dengan prinsip hidup seperti itu, ternyata saya bisa bertahan, walaupun sering bertanya dalam hati: Saya kok ujian terus ya? Kapan lulusnya? Jadi ingat, dulu punya temen yang ga puasa di bulan Ramadhan, trus saya tanya, mas koq ga puasa?   Jawabannya bikin kaget: saya sudah puasa bertahun-tahun.   Katanya kan puasa itu ujian.   Artinya saya kan sudah lulus berkali-kali.   Sungguh

Sibling

Gambar
Aku mempunyai kakak perempuan dan adik perempuan, ya aku adalah anak tengah.  Sejak kelahiran adik, aku merasa nobody loves me.  Kakak menjadi kebanggaaan ayah, sementara adik menjadi kesayangan ibu.  Jarak usia kami berdekatan, sehingga kami selalu bersekolah yang sama.  Sebagai anak tengah, aku merasa tersaingi dengan si sulung, maupun si bungsu.   Namun kemudian, kami mempunyai adik laki-laki, jadilah kami berdua, aku dan adik perempuan yang merasa senasib, nobody loves me. Namun semakin besar, aku tidak terlalu dekat dengan adik perempuanku, karena dia sangat tertutup.  Aku lebih dekat kepada kakak perempuanku. Selain itu, adikku bersekolah di luar kota dan kemudian ke luar negeri, sehingga kami jarang bertemu. Adikku adalah pribadi yang unik.  Adik orang yang pengalah, namun pada akhirnya kami baru sadar, bahwa dia yang selalu beruntung.  Sebagai contoh, ketika kami mendapat jatah sebidang tanah untuk kami belajar bercocok tanam, aku dan kakak berebut agar mendapat