Orang ketiga
Hus….saya bukan ingin jadi orang ketiga sebagaimana orang
ketiga di tengah-tengah suatu hubungan yang biasanya jadi merusak hubungan
itu. Saya hanya ingin jadi orang urutan
ketiga. Saya tidak harus jadi urutan
kesatu atau kedua, saya cukup jadi orang urutan ketiga.
Kenapa saya ingin jadi orang ketiga?
Saya sendiri merupakan anak ketiga, ya urutan ketiga, anak
pertama, kedua dan ketiga. Juga
pertimbangannya bila kita ikut pertandingan atau kontes, kadang-kadang jadi
orang pertama berat juga, karena jurinya masih semangat-semangatnya, sementara
jadi orang kedua pasti masih dibandingkan dengan orang pertama. Juga dengan jadi orang urutan ketiga, kita
sudah bisa mempelajari situasi, bahkan mungkin sudah bisa belajar dari
kesalahan orang pertama dan kedua. Jadi,
ada enaknya jadi urutan ketiga, jangan jadi orang terakhir juga, juri sudah
biasa saja, tapi belum cape.
Di samping itu, di dalam menjalani permasalahan saya yang
berat ini, saya ternyata mengalami banyak hal terkait orang urutan
ketiga ini.
Pengalaman pertama ketika mencari orang yang bisa membantu
saya di tahap-tahap awal. Orang pertama cukup menjanjikan, dan saya sempat
menjalani beberapa kejadian dengan orang pertama. Namun, ternyata hasilnya kurang memuaskan,
progresnya kurang baik. Bahkan, orang
pertama ini akhirnya dimanfaatkan orang lain yang akhirnya malah menyulitkan
saya. Kemudian saya diperkenalkan dengan
orang kedua. Awalnya terlihat seperti
menjanjikan, karena orang kedua ini kerap berbicara bahwa dia kenal dekat
dengan orang-orang penting negeri ini.
Namun kembali, ternyata orang kedua ini dimanfaatkan orang lain yang
malah menjerumuskan saya. Saya jadi
sempat kehilangan kepercayaan kepada orang-orang yang katanya akan membantu
saya, sampai saya ketemu orang ketiga ini.
Orang ini sangat rendah hati dan malah tidak memberikan janji yang
muluk-muluk, karena katanya saya sudah terlanjur jauh perjalanan masalahnya,
sehingga sulit untuk ditolong. Namun,
dengan posisi dan kondisi seperti itu, menurut saya, orang ketiga ini bisa
membantu saya, yaitu dengan meminimalisir dampak yang harus saya terima akibat
permasalahan saya ini, sehingga saya lebih beruntung dibandingkan teman-teman
saya yang lainnya.
Berlanjut dengan tahap berikutnya, saya kembali menemui
orang-orang untuk mencari bantuan. Orang
pertama yang saya temui ternyata baru punya pengalaman satu kali menangani
masalah yang saya alami. Orang kedua,
ternyata temannya yang pernah menangani berkali-kali, jadi bukan dia langsung
yang menangani. Nah, kembali, saya
bertemu orang ketiga dan orang ketiga ini dapat menjelaskan secara panjang
lebar mengenai permasalahan saya. Dengan
mantap, saya memutuskan minta bantuan pada orang ketiga ini.
Kembali ke pertanyaan, mengapa saya ingin jadi orang
ketiga? Dari semua informasi yang ada,
saya mengetahui bahwa baru 2 orang yang pernah lolos dari permasalahan yang sama
seperti saya, dalam posisi yang sama seperti saya sekarang ini. Ya, baru 2 orang yang lolos dari lubang
jarum. Untuk itu, saya ingin sekali
menjadi orang ketiga yang lolos dari lubang jarum, lolos dari permasalahan ini.
Ya, saya sangat ingin menjadi orang ketiga, tidak perlu
menjadi orang yang pertama atau kedua.
Saya hanya ingin lolos dari lubang jarum….
Tolonglah saya Tuhan….
Komentar
Posting Komentar