Little Princess

By Mirma Fadjarwati Malik

Saya ingin sekali mempunyai anak perempuan, bahkan sudah menyiapkan namanya jauh-jauh hari waktu saya masih berkuliah di Amerika.  Saya pernah baca, ada nama kota di Wisconsin, namanya Winnetka.  Wah, keren juga kalau jadi nama anak perempuan, pikir saya.  Saya cari artinya ternyata itu adalah kata dalam bahasa Indian yang artinya beautiful land.  Ah, anggap saja artinya beautiful, jadi pas sekali untuk nama anak perempuan. 

Ketika pindah ke Hawaii, saya jadi terbiasa dengan nama-nama orang Hawaii yang biasanya terdengar sangat eksotis.  Saya tertarik dengan nama Keolani, kalau tidak salah, artinya kesayangan surga.  Wah, jadilah saya ingin punya anak perempuan yang akan saya namakan Keolani.

Jadilah cita-cita saya kalau punya anak perempuan akan saya namai Winnetka Keolani, ah nama yang sangat indah.  Namun, ternyata Tuhan tidak memberikan anak perempuan pada saya.  Saya hanya dikaruniai 2 orang anak laki-laki.

Waktu saya agak kecewa tidak mendapatkan anak perempuan, dokter kandungan saya bilang, sudahlah bu, nanti kan ibu juga akan dapat menantu perempuan.  Saya hanya tersenyum, namun di lubuk hati saya, saya berkata bahwa sangat berbeda antara anak dan menantu.  Saya ingin sekali bisa merawat bayi perempuan, melihatnya tumbuh menjadi anak balita, remaja dan dewasa.  Saya ingin bisa membelikannya pernak-pernik, mendandaninya dan tentunya setelah dewasa, mengajaknya berbelanja bersama.

Seorang teman berkomentar, ya pantaslah kamu tidak mendapatkan anak perempuan, karena cita-citamu menamai anak beautiful tapi kesayangan di surga, kan sama saja artinya indah di surga.  Makanya, lanjut teman saya, anak perempuanmu tetap di surga.  Benar juga, pikir saya, artinya saya memang mendoakan punya anak perempuan yang indah di surga.

Kesukaan saya pada anak perempuan dapat terobati karena saya punya 2 keponakan perempuan.  Jadi ketika mereka masih kecil, saya senang sekali mendandani mereka.  Senang membelikan mereka barang-barang keperluannya, pernak-perniknya.  Semakin mereka dewasa, saya tidak terlalu akrab lagi dengan mereka, karena saya pun sudah sibuk mengurusi 2 anak lelaki saya.  Untuk memenuhi keinginan mendandani anak perempuan, saya menjadi begitu bersemangat apabila ada kerabat atau teman yang melahirkan bayi perempuan, dan saya pasti menghadiahi mereka baju-baju yang indah.

Namun kesukaan saya pada anak perempuan tetap saya idamkan, bahkan saya pernah berniat ingin mengadopsi anak perempuan.  Tetapi ketika saya berbicara dengan seorang teman tentang keinginan mengadopsi ini, saya diingatkan bahwa nanti anak perempuan angkat saya itu tidak bermuhrim dengan suami dan anak-anak saya.  Di satu sisi, suami pun tidak merestui rencana saya itu.  Jadilah saya mengurungkan niat mengadopsi anak perempuan.

Sebaliknya, seorang teman lainnya sangat mendukung keinginan saya itu, namun apa daya, lingkungan saya tidak mendukung.  Akhirnya, teman ini mengajak saya mengunjungi salah satu panti asuhan yang memang sering mendapatkan bayi. Di sana saya melihat seorang bayi perempuan yang sorot matanya indah sekali. Ingin rasanya menggendongnya dan menimangnya. 

Sepulangnya dari sana, saya tidak pernah bisa melupakan sorot matanya.  Beberapa tahun kemudian pun saya masih mengingatnya.  Saya pernah beberapa kali minta teman tersebut untuk menengoknya, namun sepertinya tidak pernah sempat.  Dan sang teman hanya bilang, ada banyak cara untuk menyayanginya, misalnya dengan berbagi dengan anak-anak lainnya. 

Dan saat-saat menjelang Lebaran, tiba-tiba saya teringat sorot matanya lagi, saya pun langsung berpikir, apa yang dilakukan oleh anak-anak panti asuhan ketika Lebaran? Rasa ingin tahu itu membuat saya ingin merayakan Lebaran dengan mereka.  Tak lupa saya pun mengontak teman saya untuk minta dirinya menyempatkan menengok my little princess dan teman-temannya di sana.

Dan hari ini, sorot mata bayi perempuan itu kembali mengganggu pikiran saya.  Mudah-mudahan bayi perempuan itu sudah mendapatkan orang tua yang merawatnya dengan penuh kasih, dan semoga bayi perempuan itu sudah bisa bermain dengan orang tua, keluarga dan teman-temannya dengan gembira dan bahagia.  Amin.

Dedicated to a friend who used to be around.... 
Thank you for opening my eyes with many new great things in life, hoping that I can learn more from you…..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...