Menyesal?

Ketika saya diminta menyatakan “saya menyesal……” di dalam tulisan yang sedang saya susun, saya tidak bisa berkata-kata.  Apakah saya menyesal?

Saya adalah orang yang tidak pernah menyesal, karena saya sangat percaya hidup sudah di atur, jadi apa pun yang kita lakukan, telah diatur.  Apa pun yang kita lakukan, tidak perlu disesali.  Yang penting, kita mengambil pelajaran dari apa pun yang telah kita lakukan.  Apa pun yang kita lakukan merupakan pembelajaran kita, apakah itu perbuatan baik, apalagi perbuatan yang salah.  Kenapa saya bilang perbuatan baik pun merupakan pelajaran?  Karena untuk berbuat baik pun ada ujiannya, ada kendalanya.  

Saya pernah ingin mengembalikan karcis langganan tol yang secara tidak disengaja diberikan berlebih 2 buku oleh petugas tol.  Namun yang terjadi malah tidak ada yang mau menerima, bahkan mungkin saya sudah memberi kesulitan pada penjaga tol yang saya kembalikan karcisnya.  Karena, tadinya atasannya mungkin tidak tahu bahwa dia melakukan kesalahan dengan memberikan kelebihan 2 buku karcis langganan, namun dengan dikembalikannya buku itu, malah atasannya bisa jadi mengetahui kesalahannya.  Dilema kan?

Itu hanya contoh kecil.  Banyak hal lainnya yang kita lakukan dengan niat baik, dan kita anggap itu baik, malah menjadi masalah bagi orang lain.

Nah, apalagi kalau kita berbuat salah, pasti lebih banyak masalah yang akan ditimbulkan.  Tapi sekali lagi, saya percaya, bahwa kita berbuat salah pun sudah ada yang mengatur, yang menggerakkan.  Karena tanpa ada yang menggerakkan, kita bisa saja tidak jadi melakukan kesalahan itu, kita bisa saja dicegah.  Misalnya, ketika ada pencuri yang berniat mencuri rumah kita dengan menggunakan sepeda motor, tiba-tiba motornya mogok, sehingga dia tidak jadi mencuri, nah, hasil akhirnya dia tidak mencuri kan?  Itu yang membuat saya merasakan, bahwa semuanya sudah diatur.

Seorang teman bahkan berkata, semua kejadian, gerak-gerik kita, sudah ditentukan ribuan tahun yang lalu.

Kembali ke masalah penyesalan, saya rasa, tidak perlu ada penyesalan, sebagaimana pepatah yang mengatakan: sesal kemudian tidak berguna.  Nah, itu yang melandasi mindset saya.  Sesal itu tidak berguna, 
yang berguna adalah bagaimana kita memetik pelajaran dari kesalahan kita.

Jadi, ketika harus menuliskan kata “saya menyesal”, akhirnya saya menulis bahwa saya menyesal karena saya tidak mengundurkan diri dari jabatan saya sebelum saya terlibat dalam permasalahan berat ini.   Walaupun saya sebenarnya tidak setuju, banyak teman yang mengatakan bahwa saya berada di tempat dan waktu yang salah, makanya saya jadi terlibat dalam permasalahan berat ini.  Buat saya, Tuhan tidak pernah salah.  Tuhan tidak pernah salah menempatkan dan salah menentukan waktunya.  Artinya, saya berada di tempat dan waktu yang benar, karena Tuhan ingin saya belajar sesuatu.  Walaupun ternyata pelajaran yang saya terima amat sangat berat.

Akhirnya, saya mengalah, ternyata dalam tulisan saya, saya harus tetap menyatakan bahwa saya menyesal bahwa permasalahan ini terjadi.  Mungkin benar, ini lah salah satu pelajaran yang saya dapatkan dalam permasalahan ini, yaitu saya harus mengatakan bahwa saya menyesal, saya minta maaf. 

Baiklah, saya menyesal atas terjadinya masalah ini.  Saya menyesal karena saya tidak jadi mengundurkan diri sebelum masalah ini terjadi.  Saya menyesal karena terlalu percaya kepada orang lain.  Saya menyesal karena terlalu menurut kepada atasan.  Saya menyesal karena sekarang jadi tidak punya pekerjaan tetap sehingga tidak bisa membiayai perawatan anak saya.  Saya menyesal karena telah menjadi beban bagi ibu dan keluarga saya.   Dan saya berjanji untuk tidak lagi mengulangi hal-hal yang telah saya sesali tersebut dan dalam kesempatan ini saya mohon maaf kepada orang tua, saudara-saudara saya,  suami dan anak-anak saya, karena ikut menanggung beban atas masalah ini.  Semoga Tuhan mengampuni saya. 

Saya menyesal…..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...