Catatan seorang teman: 100!


PING! Ketika ada yang nge-Ping saya, saya langsung membukanya dan ternyata itu pesanan bunga dari seorang mantan Menteri.  Hore…. ! Ini adalah pesanan ke-100 dari Mimosa.

Pesanan ke 100 ini tentu membawa kebahagiaan bagi kami.  Bayangkan, belum 3 bulan kami memutuskan untuk memulai bisnis florist, namun pesanan kami sudah mencapai 100 buah.  Banyak suka duka yang kami alami selama 2 bulan lebih menjalani bisnis ini.

Salah satu permasalahan yang sering membuat kami sedih adalah keluhan dari para pelanggan.  Apalagi kami semua baru pertama kali ini terjun ke bisnis retail seperti ini.  Jadi kami masih cukup sensitif apabila menerima kritik, apalagi bila keluhan atau kritik itu adalah dari mantan anak buah.  Namun, dengan kerendahan hati, dengan menekan ego kami, kami menyadari, bahwa keluhan pelanggan adalah masukan yang bermanfaat bagi kami untuk menata bisnis ke depan.

Memang, sebagai online florist, kami belum mempunyai toko sendiri, sehingga sangat tergantung pada supplier kami.  Ini yang sering membuat kami bermasalah dengan para pelanggan kami.  Biasanya, yang dikeluhkan adalah keterlambatan pengantaran.  Saya tak habis pikir, supplier kami sering tidak siap menerima order kami.  Selalu ada saja alasan dari pihak supplier mengenai keterlambatan ini.  Mobil mogok, macet, dll.  Kami terpaksa mengelus dada, untungnya pelanggan rata-rata memang teman kami.

Permasalahan lainnya adalah foto.  Supplier harus memberikan foto kepada kami, sehingga kami dapat melampirkannya pada tagihan kami.  Karena masalah foto ini, sampai sekarang, kami belum bisa mengeluarkan tagihan dengan lancar.  Kami ga habis pikir, kenapa sulit banget bagi supplier kami untuk mengirimkan foto kepada kami.  Malahan kami lebih sering dapat foto dari pelanggan yang dikirimi, lebih dulu daripada dari supplier.  Lucunya pula, foto yang kami dapatkan dari penerima bunga, kadang berbeda dengan foto yang kemudian diberikan oleh supplier kami.  Sungguh aneh.......

Ya, salah satu kendala kami adalah administrasi, karena terus terang, kami sebagai pemilik hampir semuanya sibuk, sehingga untuk RUPS saja belum pernah terlaksana sampai sekarang.  Untungnya kami cukup kompak dan sampai saat ini belum pernah berselisih paham.  Namun memang kami belum pernah duduk bareng, padahal banyak hal yang harus kami diskusikan untuk membuat semuanya berjalan dengan lancar.

Akhirnya, kami selisih paham juga dengan supplier kami, karena ternyata supplier kami mengeluh karena order kami terlalu banyak.  Tadinya kami ga ngerti, kenapa supplier kok malah ga senang kalau order banyak.  Ternyata, selama ini, bisnis model kayak kami ditujukan untuk orang-orang  yang ordernya selama sebulan paling hanya 5 buah.  Sementara kami, belum 2 bulan sudah 50 an order.  Kondisi ini sempat membuat kami terjepit.  Kami sudah di posisi “point of no return”.  Sudah keburu punya pelanggan yang lumayan banyak.  Kami terpaksa mencari altenatif supplier, dan syukurlah kami dapatkan supplier lainnya.  Mudah-mudahan dengan supplier yang ini lebih lancar.

Pengalaman yang lucu juga pernah terjadi.  Karena saya senang memperhatikan status teman-teman, ada teman yang senang sekali gonta ganti status.  Begitu statusnya turut berduka cita atas meninggalnya orang tuanya, seketika itu juga saya menawarkan kepada kantornya untuk mengirimkan bunga.  Kantornya segera memesan dan kami pun langsung order ke supplier untuk segera membuatnya.  Tidak berapa lama, kantornya menelpon, bahwa ternyata orang tuanya belum meninggal.  Terpaksa kami minta stop pembuatan bunganya.  Sampai malam kami tidak dapat kabar.  Baru paginya kami dapat kabar bahwa bunga sudah bisa dikirim.

Suka duka lainnya adalah ketika hasil rangkaian bunga tidak sesuai dengan permintaan kami, bahkan tidak sesuai dengan selera kami.  Terpaksa kami pura-pura suka, karena seorang teman saya sempat mengkritik saya karena saya pernah melihat buket bunga kami dengan muka tidak suka.  Menurut teman saya, sebagai pemilik, harusnya saya tetap memuji hasil karya milik florist kami.

Menghadapi pelanggan yang beragam juga kadang-kadang bikin makan hati.  Ada pelanggan yang rajin sekali menawar harga.  Dampaknya, kami pernah mengembalikan uang ke pelanggan, karena dengan pesanan yang sama, harga kan harus sama.  Pelanggan yang satu menawar, dan kami kabulkan, maka pelanggan yang lain dengan pesanan yang sama harus kami beri harga yang sama, padahal dia sudah membayar.  Pelanggan yang kami kembalikan uangnya sangat terkesan, sehingga malahan menjadi pelanggan setia.

Dengan berjalannya waktu, kami masing-masing sudah mulai paham mengenai jenis-jenis bunga yang beragam.  Tadinya, saya benar-benar buta mengenai jenis-jenis bunga, paling-paling hanya paham tentang mawar, anggrek dan bunga-bunga yang umum.

Begitu banyak suka duka kami mengelola florist selama 2 bulan lebih ini.  Namun hal yang kami syukuri adalah bahwa sejauh ini bisnis kami bisa berjalan dengan baik.  Pesanan tetap ada, walaupun mungkin tidak sebanyak di awal-awal kami berdiri, jadi kami masih bisa mengatakan bahwa, kami bukan hanya beginner’s luck, namun mudah-mudahan bisnis kami sustain.

Pelajaran yang kami petik adalah bahwa nama baik sangat penting, sehingga kualitas harus baik, delivery harus on time dan selalu terbuka atas kritik dan saran.  Juga sangat penting bahwa semuanya harus kita jalani dengan passion, dengan sepenuh hati, dengan penuh kecintaan, dan tentu saja dengan penuh semangat.  Sebagaimana seorang teman tulis di statusnya: Do it with passion or nothing at all.

Terima kasih kepada semua teman yang sudah mendukung kami sehingga bisnis kami berjalan dengan baik.

Ditulis oleh Mimosa (http://mimosa-florist.blogspot.com/)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembolan

Frankly Speaking

On your mark, get set...